spot_img
Jumat 19 Desember 2025
spot_img

Tamparan Keras Bagi Orang Waras, ODGJ Menegur Warga Tasikmalaya Lewat Aksi Bersih-Bersih

TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Di tengah lalu-lalang kendaraan dan hiruk pikuk Kota Tasikmalaya, pemandangan yang tak biasa muncul dari kelompok yang selama ini kerap dipinggirkan. Lima orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tampak menyusuri jalanan, bukan untuk mengganggu atau mencari belas kasih, melainkan untuk membersihkan sampah yang dibiarkan masyarakat di pinggir jalan.

Mereka adalah warga binaan Yayasan Mentari Hati. Dengan seragam sederhana dan peralatan kebersihan di tangan, mereka memunguti plastik, botol, hingga sisa-sisa rumah tangga yang berserakan di sepanjang Jalan Gubernur Sewaka hingga Pasar Cikurubuk. Aksi ini seolah menjadi cermin yang memantulkan kembali pertanyaan bagi masyarakat.

Baca Juga: Kasus Dugaan Rudapaksa Oknum Kepala SDN, ICMI Kabupaten Tasikmalaya Usulkan Regulasi

Terapi yang Menghidupkan Kepercayaan Diri

Ketua Yayasan Mentari Hati, Dadang Heryadi, menyebut kegiatan ini bukan sekadar rutinitas bersih-bersih. Bagi warga binaannya, aktivitas luar ruangan seperti ini menjadi terapi penting yang membantu memulihkan kondisi mental.

“Di dalam ruangan, mereka hanya diam dan berpikir. Tapi di luar, mereka bisa berinteraksi dengan lingkungan, merasa berguna, dan itu membuat mereka lebih bahagia,” ujar Dadang.

Yayasan ini memiliki 258 warga binaan. Secara bergiliran, lima orang yang telah menunjukkan perkembangan signifikan dengan tingkat kesembuhan lebih dari 60 persen dilibatkan dalam kegiatan pembersihan setiap dua hari sekali. Selain turun ke lapangan, mereka juga mengikuti terapi musik dan berkebun sebagai bagian dari proses penyembuhan.

Kerja Sunyi yang Menggerakkan Banyak Pihak

Aksi ini perlahan menarik simpati berbagai instansi. SPTL Bekasi dari Kemensos RI menyumbangkan perlengkapan kerja seperti sepatu boots, sarung tangan dan peralatan kebersihan. Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan memberikan pendampingan, sementara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memastikan sampah yang terkumpul diangkut ke tempat pengolahan.

Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, Budy Rachman, menyebut kolaborasi ini sebagai bukti bahwa penanganan ODGJ tidak harus selalu dikaitkan dengan stigma.

“Mereka bukan ancaman. Dengan pendekatan yang benar, mereka bisa memberi manfaat dan ikut berkontribusi bagi kota,” katanya.

Namun tidak semua yang mereka temukan di lapangan menyenangkan. Feri Arif Maulana, Kabid Pengelola Sampah DLH, mengaku prihatin karena titik yang dibersihkan termasuk lokasi pembuangan sampah liar paling parah di kota ini.

“Kami angkut sampahnya tiga kali seminggu, tapi selalu muncul lagi. Padahal itu trotoar, bukan TPS,” ucapnya.

Pesan yang Menampar Kesadaran Warga

Setiap selesai aksi, Dadang selalu menyampaikan pesan yang sam kali ini lebih menohok dari sebelumnya.

“Masa kita tidak malu? Mereka saja, yang sering dipandang tidak waras, mau menjaga kebersihan kota. Bagaimana dengan kita yang katanya normal?” ujar Dadang.

Aksi kecil dari para “sobat jiwa” ini menjadi pengingat sederhana bahwa kepedulian bukan soal status sosial atau kondisi mental. Kadang, mereka yang dianggap tidak mampu justru memberi pelajaran paling besar tentang arti tanggung jawab.

Karena menjaga kebersihan bukan tugas pemerintah semata, melainkan urusan nurani setiap orang.

spot_img

Berita Terbaru