spot_img
Selasa 16 Desember 2025
spot_img

Kisah Sukarelawan dan Misi Air Kehidupan PMI Garut di Tanah Sumatera

ACEH, FOKUSJabar.id: Ditengah puing dan trauma pascabencana Sumatra dan Aceh, air bersih sering kali menjadi kemewahan yang sulit dijangkau.

Namun berkat tangan dingin dan semangat kemanusiaan kebutuhan paling mendasar itu tersalurkan.

BACA JUGA:

Muhammadiyah Garut Galang Donasi Bencana Sumatera Melalui Jalan Sehat

David Mohammad Yusup, staf Markas PMI Kabupaten Garut, bersama Marhapi Ali Nurdin dan Asep Hidayatullah merupakan wajah dibalik misi distribusi ‘Air Kehidupan’ selama tiga bulan penugasan.

Panggilan Kemanusiaan dan Realitas Lapangan

Bagi David, motivasi utama penugasan ini bukan hanya tugas. Melainkan murni panggilan kemanusiaan.

“Air bersih adalah kebutuhan paling mendasar. Dan saat bencana terjadi, akses terhadap air sering kali menjadi hal pertama yang hilang. Kami merasa terpanggil untuk membantu saudara-saudara terdampak di Sumatera dan Aceh,” kisah David kepada FOKUSJabar.

Namun, realitas lapangan memukulnya. Momen paling mengejutkan saat pertama tiba adalah kondisi sumber air yang tercemar dan jarak pengungsian yang sangat jauh dari akses air layak.

Tantangan awal diperparah dengan medan yang berat dan kondisi psikologis penyintas yang masih trauma.

Menjamin Kualitas Air dengan Standar PMI

Tim PMI Garut yang tergabung dalam tim Water, Sanitation and Hygiene (Wash) bergerak cepat mengatasi masalah tersebut. Mereka menerapkan standar ketat dalam pengolahan air.

BACA JUGA:

45 Warga Jabar Terdampak Bencana Sumatera Segera Dipulangkan

“Kami menerapkan standar PMI dalam pengolahan air. Mulai dari penyaringan, proses klorinasi hingga pengecekan kadar residual klorin secara berkala,” jelas David.

Selain itu, tangki air yang disterilkan dan wadah distribusi yang higienis menjadi prioritas. Edukasi kepada masyarakat tentang cara menyimpan air dengan aman juga menjadi bagian tak terpisahkan dari program tersebut.

Strategi Distribusi di Medan Sulit

Tantangan terbesar yang dihadapi David dan tim adalah akses menuju lokasi pengungsian terpencil. Kerusakan infrastruktur akibat bencana membuat kendaraan besar kesulitan menjangkau lokasi.

“Kami berkoordinasi dengan relawan lokal, menggunakan kendaraan roda dua atau distribusi manual serta membuat titik distribusi terpusat. Tujuannya agar bantuan dan air bisa dijangkau lebih banyak warga secara efisien,” kata David.

Dampak dari ketersediaan air bersih ini terasa sangat besar. David bersyukur, upaya mereka berhasil menekan potensi penyakit. Seperti diare, penyakit kulit dan infeksi saluran pencernaan.

Lebih dari itu, tersedianya air bersih memungkinkan aktivitas sehari-hari. Seperti memasak, mandi dan beribadah bisa kembali dilakukan.

“Secara moral, kehadiran air bersih memberi rasa aman dan harapan bahwa mereka tidak sendirian menghadapi bencana ini,” ujarnya.

Sambutan warga pun sangat positif. Mereka merasa sangat terbantu dan menerima kehadiran tim relawan dengan tangan terbuka.

“Masyarakat sering mengungkapkan rasa syukur karena bantuan air bersih sangat membantu mereka bertahan di masa darurat. Banyak yang mengatakan, air bersih adalah bantuan paling mereka butuhkan saat itu,” ungkap David.

BACA JUGA:

BNPB Sebut Bencana Sumatera Renggut 916 Nyawa hingga 7/12/2025

Meski sebagian anggota tim sudah berpengalaman, penugasan berskala besar ini menjadi yang pertama bagi beberapa sukarelawan lain. Di tengah keterbatasan, David mencatat hal-hal unik yang membuatnya terharu.

“Hal yang unik adalah cepatnya kedekatan yang terbangun dengan masyarakat setempat. Di tengah kesulitan, warga tetap menyambut kami dengan ramah dan penuh rasa kekeluargaan,” kenang David.

Namun, momen yang paling mengharukan adalah saat melihat anak-anak tersenyum dan berteriak gembira ketika air bersih tiba di pengungsian.

bencana su,matera fokusjabar.id
Aktivitas Pendistribusian Air di Pidie Jaya, Aceh

“Ada juga warga yang meneteskan air mata sambil mengucapkan terima kasih karena akhirnya bisa memasak dan memenuhi kebutuhan keluarga,” ujarnya.

Saat dihubungi, David bersama dua rekannya sedang melakukan perjalanan dari Pidie Jaya menuju Nagan Raya Aceh Tengah yang harus ditempuh selama 13 jam.

Hal yang paling menggembirakan adalah melihat kondisi warga mulai membaik dan mereka kembali bisa beraktivitas dengan lebih layak.

Visi Ketangguhan Pasca-Bencana

Koordinasi tim David berjalan melalui posko bersama dan rapat rutin dengan PMI, BPBD, TNI/Polri serta relawan komunitas lokal. Pendistribusian bantuan berjalan efektif dan merata.

BACA JUGA:

Solidaritas Jabar Mengalir ke Sumatera, Kota Bandung Kirim Rp2 M

Melihat ke depan, David memiliki harapan besar.

“Kami berharap ke depan ada pembangunan sistem air bersih permanen. Seperti sumur bor, instalasi pengolahan air atau jaringan pipa yang tahan terhadap bencana. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya pulih, tetapi juga menjadi lebih tangguh dan siap menghadapi kemungkinan bencana di masa depan,” katanya.

Air bersih yang mengalir bukan hanya memadamkan dahaga. Namun juga menumbuhkan kembali harapan dan senyum di tengah trauma berkat tangan-tangan tulus dari relawan kemanusiaan.

Sebelumnya FOKUSJabar mengabarkan, dalam misi ini PMI Garut mengerahkan tiga personel. Terdiri dari Staf Markas (Bidang Relawan) dan dua orang Korps Sukarela (KSR).

Selain personel, PMI Garut juga mengerahkan satu unit armada truk tangki untuk menunjang kebutuhan logistik dan distribusi air bersih di lokasi terdampak.

Ketua PMI Kabupaten Garut, Helmi Budiman menyatakan, misi kemanusiaan ini adalah bentuk komitmen untuk selalu hadir dalam setiap operasi kemanusiaan.

(Y.A. Supianto/Bambang Fouristian)

spot_img

Berita Terbaru