GARUT,FOKUSJabar.id: Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut dalam menekan angka stunting membuahkan hasil gemilang. Dalam setahun terakhir, angka stunting di Kabupaten Garut berhasil turun hingga 9,9%, menjadikannya penurunan tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Kini angka stunting Garut berada di 14,2%, lebih rendah dibanding rata-rata Jabar (15,9%) maupun nasional (19,8%).
Capaian tersebut dibahas dalam Talkshow Radio Intan Garut, Kamis (4/12/2025), yang menghadirkan sejumlah narasumber terkait program percepatan penurunan stunting.
Baca Juga: Mobil Warga Terperosok akibat Longsoran, Damkar Garut Lakukan Evakuasi Dramatis
TOSS dan Intervensi Tepat Sasaran Jadi Kunci Keberhasilan
Kepala Dinas DPPKBPPPA Kabupaten Garut, Yayan Waryana, mengungkapkan bahwa Garut pernah berada di posisi terburuk sebagai daerah dengan angka stunting tertinggi se-Jawa Barat, yakni 35,2% pada 2021.
“Alhamdulillah, melalui intervensi spesifik dan sensitif yang kita lakukan bersama berbagai pihak, lahirlah inovasi Temukan Obati Sayangi Stunting atau TOSS,” ujarnya.
Melalui metode TOSS dan pendataan detail by name by address, pemerintah dapat melakukan intervensi langsung kepada balita yang teridentifikasi mengalami stunting. Hasilnya, angka stunting turun drastis menjadi 23,6% pada 2022.
Ketika angka sedikit meningkat menjadi 24,1% pada 2023 berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), Pemkab Garut melakukan langkah percepatan di tahun berikutnya. Upaya intensif itu akhirnya berhasil menurunkan stunting hingga 14,2% pada 2024.
“Garut kini menempati posisi keenam terendah dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Tahun 2025, kami menargetkan angka ini bisa lebih rendah lagi, minimal menyentuh target nasional yaitu 14%,” tegas Yayan.
Fokus 2025: Zero New Stunting
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Garut, Tri Cahyo Nugroho, menekankan pentingnya pencegahan sejak awal. Menurutnya, stunting kerap berawal dari kondisi ibu hamil yang kekurangan gizi, sehingga penanganan harus dimulai dari masa kehamilan.
“Kita ingin mencapai Zero New Stunting. Jangan sampai bayi yang lahir sudah dalam kondisi stunting,” jelas dr. Tri Cahyo.
Ia mengimbau seluruh orang tua, khususnya ibu hamil, untuk memastikan asupan gizi tercukupi, serta menjaga kebersihan lingkungan dan ketersediaan air bersih sebagai bagian dari intervensi jangka panjang.
“Target kita bukan hanya menurunkan angka stunting, tetapi memastikan tidak ada lagi bayi yang lahir dengan kondisi tersebut,” tegasnya menutup pembahasan.
(Y.A. Supianto)


