BANDUNG,FOKUSJabar.id: Warga Gang Swadaya 3, Cihampelas, Kota Bandung, terpaksa menghadapi situasi darurat setelah tebing penahan tanah (TPT) yang tengah diperbaiki kembali runtuh akibat derasnya arus air dari kawasan hulu, Minggu (30/11/2025) malam. Insiden ini menyebabkan akses satu-satunya ke gang tersebut putus total dan aktivitas warga pun lumpuh.
Humas Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) UPT DAS Kota Bandung, Syarif Abdullah, menyampaikan bahwa proses penanganan sebenarnya sudah berlangsung sejak akhir November. Assessment telah dilakukan pada 26–27 November, dan tim reaksi cepat langsung melakukan tindakan darurat serta memulai pembangunan kembali TPT sejak Jumat hingga Sabtu.
“Kami sudah melakukan perbaikan, dan pada Minggu siang progresnya sudah mencapai 90 persen,” jelas Syarif, Senin (1/12/2025).
Baca Juga: Pemkot Bandung Aktifkan Layanan Pengangkutan Sampah Darurat
Hujan Deras Menggagalkan Pekerjaan yang Hampir Rampung
Namun harapan untuk menyelesaikan perbaikan runtuh seketika. Hujan deras di kawasan hulu memicu dua kali lonjakan debit air dalam satu hari. Pada sekitar pukul 17.00 WIB, ketika perbaikan TPT sudah hampir selesai, bangunan tersebut kembali tergerus aliran air. Selang tiga jam kemudian, debit air kembali meningkat dan menyapu sisa bangunan hingga hampir habis.
“TPT sepanjang 12 meter dengan tinggi sekitar 3,5–4 meter itu tergerus hampir 100 persen,” kata Syarif.
Menurutnya, erosi yang terjadi selama bertahun-tahun membuat struktur tanah sangat rapuh sehingga tidak mampu menahan tekanan air yang besar.
Penanganan Darurat Diterapkan untuk Cegah Longsor Lanjutan
Untuk mencegah kerusakan lebih parah, DSDABM kini melakukan pengerucukan darurat menggunakan bambu dan kayu dolken. Langkah ini bertujuan memperkuat tanah di sekitar lokasi hingga ada keputusan terkait perbaikan permanen.
“Upaya ini kami lakukan untuk mencegah longsor susulan dan meminimalisir risiko terhadap warga,” ujarnya.
Akses Warga Terputus Total
Kerusakan TPT membuat sebagian badan jalan amblas. Akibatnya, warga sama sekali tidak dapat melintas, baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraan roda dua.
“Sekarang jalannya benar-benar terputus. Kondisinya tidak memungkinkan dilalui dalam bentuk apa pun,” tutur Syarif.
Selain kerusakan struktur, hambatan terbesar tim saat ini adalah akses menuju lokasi yang sempit dan sulit dilalui, sehingga memperlambat mobilisasi material maupun tenaga.
Syarif mengatakan, sekitar 80 personel telah dikerahkan untuk penanganan, namun perbaikan permanen menunggu instruksi lebih lanjut dari pihak terkait.
(Yusuf Mugni)


