BANDUNG,FOKUSJabar.id: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung mulai mengoptimalkan program Buruan SAE sebagai pemasok bahan pangan untuk dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Sejumlah dapur SPPG di wilayah Batununggal dan Kiaracondong telah memulai kerja sama penyediaan sayuran segar melalui skema ini.
Baca Juga: Masuk Musim Hujan, Kerusakan PJU di Bandung Meningkat
Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, menjelaskan bahwa mekanisme pasokan pangan untuk dapur SPPG dilakukan secara terkoordinasi melalui konsolidasi hasil produksi Buruan SAE. Proses pengumpulan dan distribusi ini difasilitasi oleh sebuah koperasi yang telah terbentuk sebelum hadirnya Program Koperasi Merah Putih.
“Kami sudah membentuk Koperasi Tani Kota Lestari sebagai wadah pengelolaan produksi. Anggotanya para pelaku Buruan SAE. Meski tiap kelompok hanya menghasilkan 2–3 kilogram, ketika dikonsolidasikan jumlahnya menjadi signifikan,” ujar Gin Gin, Rabu (19/11/2025).
Saat ini, baru dua dapur SPPG yang bekerja sama dengan koperasi tersebut. Seluruh pasokan berasal dari hasil budidaya Buruan SAE, kecuali komoditas yang tidak tersedia dan harus dipenuhi dari petani binaan lainnya.
Komoditas utama yang saat ini disuplai ke dapur MBG adalah berbagai jenis sayuran, terutama wortel, buncis, dan pakcoy. DKPP juga memberikan pelatihan budidaya kepada pemuda serta anggota karang taruna agar mereka mampu memperkuat suplai sesuai standar kebutuhan program MBG.
Meski kerja sama sudah berjalan, kapasitas pasokan dari Buruan SAE dan koperasi masih jauh dari memadai.
“Satu dapur baru menerima sekitar 25 kilogram wortel dan 20–25 kilogram buncis. Jumlah ini masih jauh dari kebutuhan ideal. Rata-rata satu dapur membutuhkan 150–200 kilogram bahan pangan per hari,” jelasnya.
Skema Distribusi
Dalam skema yang berjalan saat ini, koperasi berperan sebagai pemasok tambahan ketika pemasok utama tidak dapat memenuhi permintaan.
Gin Gin menambahkan bahwa budidaya wortel memerlukan perhatian khusus dibandingkan jenis sayuran lain yang biasa ditanam kelompok Buruan SAE. Namun secara teknis, wortel tetap memungkinkan dibudidayakan melalui sistem hidroponik maupun media tanah asalkan kebutuhan unsur haranya terpenuhi.
Ia mengakui bahwa penyelenggara program MBG belum sepenuhnya membuka peluang untuk memperluas pola kerja sama pasokan berbasis Buruan SAE.
“Kami sebenarnya sudah menyiapkan mekanisme antisipatif untuk mendukung kebutuhan SPPG dan MBG melalui Buruan SAE. Tinggal bagaimana memperluas pola kerja samanya,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni)


