BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pencegahan stunting dan kematian ibu-anak di Jawa Barat kembali menjadi fokus utama pemerintah daerah, yang kini menekankan pentingnya pendampingan kesehatan sejak remaja hingga masa kehamilan.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat terus memperkuat berbagai langkah pencegahan melalui edukasi kesehatan reproduksi, deteksi dini, dan pemenuhan gizi ibu hamil.
Sekretaris Perwakilan BKKBN Jawa Barat, Kukuh Dwi Setiawan menyampaikan, persoalan kesehatan ibu dan anak hari ini berakar pada minimnya kesiapan kesehatan perempuan sejak usia remaja.
“Ketika kita bicara kesehatan ibu dan anak, sebetulnya kita bicara mulai dari remaja. Banyak perempuan yang bahkan tidak sadar bahwa dirinya sedang hamil. Padahal dua bulan pertama seluruh susunan saraf janin sudah terbentuk,” kata Kukuh saat acara Kawal Bumil Fest di Kiara Arta Prak Kota Bandung Sabtu (15/11/2025).
Kukuh menegaskan, kurangnya kesadaran tersebut dapat berdampak pada kualitas generasi mendatang. Karena itu BKKBN Jabar menggaungkan pentingnya deteksi dini melalui program Kawal Bumil, yang mendampingi ibu hamil, memantau risiko, dan memastikan nutrisi terpenuhi.
Baca Juga: Stunting Turun, Garut Raih Insentif Fiskal Rp5,6 M
Tiga fokus utama yang ingin dicapai yakni mengurangi angka kematian ibu, menurunkan angka kematian anak, dan mencegah stunting.
“Stunting bisa dicegah ketika ibu hamil tercatat, terdampingi, dan terpenuhi nutrisinya,”katanya.
Menurutnya, pencegahan stunting harus dimulai sejak remaja. Anemia menjadi faktor risiko terbesar karena berdampak pada produktivitas hingga tumbuh kembang janin.
“Remaja harus minum tablet tambah darah, menjaga nutrisi, dan melakukan skrining sederhana,” ujarnya.
Kukuh mengungkapkan, bahwa Jawa Barat menyumbang sekitar 70 persen kasus anemia perempuan di Indonesia. Pola makan cepat, kurang istirahat, minim olahraga, dan tingginya mobilitas membuat risiko anemia semakin meluas.
Baca Juga: Periksa Ibu Hamil di PKM Bungursari Tasikmalaya, Sasar Kehamilan Resiko Tinggi Anemia
“Stunting adalah dampak jangka panjang modernisasi. Jika satu generasi stunting, generasi berikutnya bisa ikut terdampak,”jelasnya.
Sementara itu, Kabid Kesejahteraan dan Kesenjangan Sosial DKPP Kota Bandung, Endah Komalasari menyampaikan, berbagai layanan bagi ibu hamil dan remaja berjalan melalui program BKB dan BKR. Ia menekankan pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan sebagai masa emas tumbuh kembang anak.
Pemkot Bandung pun rutin melakukan audit stunting, termasuk kunjungan ke rumah ibu berisiko dengan tim lengkap mulai dari dokter anak, dokter kandungan, ahli gizi hingga psikolog.
Namun tantangan perkotaan masih besar kepadatan penduduk, akses air bersih, sanitasi hingga pengelolaan sampah masih memengaruhi kasus stunting.
Untuk memperkuat dukungan, Bandung meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Stunting, sebuah kolaborasi yang turut didukung Rumah Zakat, Blackmores, PKBI, hingga UNFPA. Meski posyandu tersebar luas, tingkat kehadiran masyarakat masih rendah.
“Kehadiran di posyandu baru 50–60 persen. Ketika ada penjemputan warga, angka itu naik, tapi kalau tidak menurun lagi. Ini PR besar untuk mengubah perilaku masyarakat,”ujarnya.
(Yusuf Mugni)


