BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat program Buruan Sae sebagai langkah nyata menjaga ketahanan pangan perkotaan sekaligus menekan laju inflasi daerah.
Program unggulan ini kini diintegrasikan dengan dua program lain, yaitu Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) dan Kawasan Bebas Sampah, sehingga membentuk sistem pembangunan kota yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga: DPMKP Bandung Imbau Warga Tetap Waspada, Musim Hujan Tak Hilangkan Risiko Kebakaran
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, menjelaskan bahwa kolaborasi ketiga program tersebut menjadi strategi penting untuk mengelola lingkungan sekaligus memperkuat ekonomi warga.
“Pembangunan Kota Bandung kini diarahkan agar saling terintegrasi antara Kang Pisman, Kawasan Bebas Sampah, dan Buruan Sae. Sampah diolah dan dimanfaatkan, lalu hasil olahan tersebut mendukung Buruan Sae untuk urban farming,” ujar Gin Gin, Jumat (7/11/2025).
Menurutnya, hasil panen dari Buruan Sae seperti sayur-mayur tidak hanya memenuhi kebutuhan rumah tangga, tetapi juga mendukung program penanganan stunting melalui pengolahan bahan pangan di dapur dasar.
“Produksi pangan seperti sayuran diolah di dapur dasar untuk program stunting. Jadi Buruan Sae kini punya peran langsung dalam memperbaiki gizi masyarakat,” jelasnya.
DKPP pun tengah memperluas jangkauan dengan mengembangkan konsep Buruan Sae Utama, menargetkan pembentukan minimal 80 kelompok baru setiap tahun. Harapannya, setiap RW di Kota Bandung memiliki satu komunitas Buruan Sae yang aktif dan mandiri.
“Kita menargetkan tumbuh 80 kelompok baru setiap tahun. Idealnya, tiap RW punya komunitas Buruan Sae yang berfungsi aktif,” tutur Gin Gin.
Kegiatan ekonomi Produktif Bagi Masyarakat
Selain menopang ketahanan pangan, Buruan Sae juga terarah untuk menjadi kegiatan ekonomi produktif bagi masyarakat.
“Ke depan, Buruan Sae bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tapi juga bisa menghasilkan secara ekonomi. Kalau bisa, menjadi peluang usaha baru bagi warga,” ungkapnya.
Untuk memperkuat rantai pasok pangan lokal, DKPP tengah menjajaki kerja sama antara kelompok Buruan Sae dengan dapur MBG (Makanan Bergizi), agar bahan pangan hasil panen warga dapat terserap secara berkelanjutan.
“Kami sedang upayakan agar dapur MBG bisa mengambil bahan pangan dari petani lokal, khususnya Buruan Sae. Ini sedang kami komunikasikan,” katanya.
Program Buruan Sae juga berperan penting dalam pengendalian inflasi daerah, terutama melalui penanaman komoditas strategis seperti cabai rawit, cabai merah, dan bawang.
“Kami dorong penanaman komoditas yang inflasioner seperti cabai dan bawang, agar harga tetap stabil,” jelas Gin Gin.
Hingga akhir 2025, tercatat 536 kelompok Buruan Sae aktif di seluruh Kota Bandung. Meski ada sekitar 14 hingga 15 kelompok yang sempat tidak aktif akibat perubahan lahan atau pergantian pengurus RW, antusiasme masyarakat untuk menjaga keberlanjutan program ini tetap tinggi.
“Sebagian besar kelompok masih aktif. Yang sempat berhenti biasanya karena perubahan lahan atau pengurus. Tapi semangat warga untuk mempertahankan Buruan Sae masih sangat kuat,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni)


