spot_img
Rabu 5 November 2025
spot_img

Soal Kasus Rudapaksa, FP3 Kota Banjar Minta Dedi Mulyadi Turun Ke Banjar 

BANJAR,FOKUSJabar.id: Kasus rudapaksa yang menimpa seorang siswi SMA di Kota Banjar oleh teman sekolahnya menuai keprihatinan dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Forum Pemuda Peduli Pendidikan (FP3) Kota Banjar, Diky Agustaf, yang menilai peristiwa tersebut mencerminkan krisis karakter di kalangan pelajar.

“Saya merasa miris dan prihatin. Ini bukan lagi sekadar kenakalan remaja, apalagi jika didahului pesta miras, tapi sudah masuk ranah pidana. Kasus ini harus menjadi perhatian serius semua pihak,” ujar Diky, Rabu (5/11/2025).

Baca Juga: Tanpa Dukungan Pemkot, Banjar Patroman FC Ukir Sejarah Lolos ke 12 Besar Liga 4 Jabar

Menurutnya, kejadian ini menunjukkan adanya penurunan moral dan karakter di kalangan anak usia sekolah. Ia menegaskan, kondisi tersebut menjadi tanggung jawab bersama, baik keluarga, sekolah, maupun lingkungan sosial.

“Saya melihat penurunan karakter ini merupakan kegagalan dalam pendidikan, baik pendidikan di rumah maupun di sekolah,” tegasnya.

Lebih lanjut, Diky menyoroti hilangnya budaya gotong royong dalam dunia pendidikan. Ia menilai, masyarakat kini cenderung enggan menegur anak yang berbuat salah karena takut dianggap melanggar undang-undang perlindungan anak.

“Sekarang jarang sekali ada orang yang mau menegur anak ketika berbuat salah. Kita seolah masa bodoh karena khawatir akan aturan seperti UU Perlindungan Anak atau UU Ramah Anak,” katanya.

Banyak Guru Takut Bersikap

Hal serupa juga dialami guru di sekolah. Banyak guru, kata Diky, merasa takut bersikap tegas karena khawatir akan dilaporkan oleh pihak tertentu.

“Sedikit-sedikit ada laporan, akhirnya guru disalahkan. Ini harus segera dicari solusinya. Mari kita duduk bersama pemerintah, masyarakat, hingga aparat penegak hukum menyamakan frekuensi untuk menyelamatkan masa depan anak-anak kita,” ujarnya.

Diky juga menyinggung pentingnya sinergi antar unsur yang dikenal dengan sistem Pentahelix dalam dunia pendidikan, yang melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media.

“Ingat, anak-anak usia sekolah adalah aset bangsa dan generasi penerus. Kalau kita abai, bagaimana nasib bangsa ini ke depan?” tegasnya.

Lebih jauh, Ia menilai program pembinaan karakter melalui barak militer dari Gubernur Jawa Barat merupakan langkah positif. Namun ia mempertanyakan keberlanjutan dampaknya setelah siswa kembali ke lingkungan sekolah.

“FP3 sangat mendukung program barak militer. Tapi apakah hasilnya akan bertahan lama jika guru di sekolah masih takut bersikap tegas?” ujarnya.

Untuk itu, Diky mendorong Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, khususnya bidang perlindungan perempuan dan anak, agar segera turun tangan mengawal kasus ini di Kota Banjar.

“Saya harap Disdik dan Dinsos Jabar, bahkan Komisi Daerah Perlindungan Anak, bisa turun langsung. Kasus ini harus dikawal sampai tuntas,” pungkasnya.

(Agus)

spot_img

Berita Terbaru