PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Kawanan monyet liar dari kawasan Cagar Alam Pangandaran terus menjadi tantangan sehari-hari bagi para pedagang di kawasan Pantai Barat Pangandaran. Setiap hari, mereka harus menghadapi “serangan” hewan primata yang kerap datang berkelompok dan mencuri dagangan.
Fenomena ini bukan hal baru. Para pedagang sudah terbiasa hidup berdampingan dengan para “tamu tak diundang” itu, bahkan menganggapnya sebagai bagian dari keseharian mereka.
Baca Juga: Bupati Citra Joget Bareng “Jurig Gorda”, Meriahkan Karnaval Milangkala ke-13 Pangandaran
Salah satu pedagang, Yati Suryati, mengaku hampir setiap hari kedatangan kawanan monyet yang bisa berjumlah lebih dari sepuluh ekor.
“Sudah biasa, karena tempat dagang saya memang di samping kawasan Cagar Alam. Kadang mereka ambil minuman kemasan atau jajanan,” ujar Yati, Selasa (21/10/2025).
Meski begitu, Yati memilih untuk tidak marah. Ia justru menanggapinya dengan santai.
“Biasanya yang diambil minuman berasa. Tapi gak apa-apa, saya anggap saja sodaqoh,” ucapnya sambil tertawa.
Namun, ia tetap waspada. Menurutnya, jika monyet datang berkelompok, para pedagang harus lebih hati-hati agar dagangan tidak habis diserbu.
Petugas Cagar Alam: Monyet Jadi Nakal karena Terbiasa Diberi Makan
Petugas Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran, Hadiat Kelsaba alias Encek, menjelaskan bahwa meningkatnya keberanian monyet terhadap manusia disebabkan oleh perubahan karakter akibat interaksi intens dengan wisatawan.
“Banyak pengunjung yang memberi makanan berasa, jadi monyetnya terbiasa dan makin berani mendekat,” ujar Encek.
Menurutnya, kondisi ini berbeda dengan Lutung, primata lain yang masih menjaga jarak dari manusia dan lebih sering berada di dalam kawasan Cagar Alam.
“Kalau Lutung itu tidak keluar ke pantai, mereka lebih tenang dan tidak seagresif monyet,” tambahnya.
Meski kerap membuat repot pedagang, keberadaan monyet liar itu kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan di sekitar Pantai Barat Pangandaran — sebuah harmoni unik antara manusia dan alam liar yang masih terus dijaga.
(Sajidin)