spot_img
Selasa 7 Oktober 2025
spot_img

Kota Bandung Jadi Tuan Rumah FTBI, Farhan Bilang Begini

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Provinsi Jawa Barat 2025 resmi dibuka di Kota Bandung, Selasa (7/10/2025).

Festival tahunan tersebut menjadi ruang ekspresi bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai dan melestarikan bahasa Sunda di tengah arus modernisasi.

BACA JUGA:

Pemkot Dorong Penyelesaian Konflik Bandung Zoo

Sebanyak 742 siswa sekolah dasar dan menengah pertama dari 27 kabupaten/kota di Jabar berpartisipasi dalam FTBI yang merupakan puncak program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD).

Program ini diinisiasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah bekerja sama dengan pemerintah daerah.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Herawati mengatakan, FTBI bukan sekadar ajang kompetisi. Melainkan bagian dari proses panjang pelestarian bahasa daerah.

Kegiatan tersebut mempertemukan semangat, kreativitas dan kecintaan para penutur muda terhadap bahasa ibu mereka.

“FTBI merupakan wadah apresiasi yang menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa dan budaya Sunda. Ini bukan akhir dari revitalisasi, melainkan langkah berkelanjutan,” kata Herawati.

BACA JUGA:

‘Bale Pananggeuhan’ Gedung Sate Jadi Harapan Baru Warga Cari Keadilan

Menurutnya, terdapat tujuh mata lomba yang digelar. Mulai dari nembang pupuh, biantara, ngarang carpon, maca jeung nulis aksara Sunda, borangan atau komedi tunggal, maca sajak dan ngadongeng.

Ragam lomba tersebut dirancang untuk menghadirkan bahasa Sunda dalam bentuk yang hidup dan relevan bagi anak muda.

“Revitalisasi bahasa daerah telah berjalan sejak awal tahun melalui pelatihan guru, koordinasi antarlembaga dan diseminasi materi ajar. FTBI menjadi puncak dari proses itu, dan jembatan menuju kesadaran baru akan pentingnya bahasa ibu,” ucapnya.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo mengatakan, bahasa Sunda sebagai salah satu dari 718 bahasa daerah di Indonesia saat ini tergolong aman. Namun ia mengingatkan, status aman bukan berarti tanpa ancaman.

“Bahasa Jawa dan Sunda memang masuk kategori aman. Tapi seberapa banyak anak muda yang bisa menulis aksara daerah atau menembang pupuh? Kita harus jujur, tantangannya nyata,” kata Imam Budi Utomo.

Ia menyoroti, dari seluruh bahasa daerah di Indonesia sebanyak 11 sudah dinyatakan punah dan lebih dari 75 persen dalam kondisi terancam.

Karena itu, program revitalisasi harus menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan mendukung penuh terhadap pelestarian bahasa ibu. Dia menekankan pentingnya bahasa sebagai identitas budaya.

“Basa teh ciciren bangsa. Leungit basana, ilang bangsana,” kata Muhammad Farhan.

BACA JUGA:

Wali Kota Bandung Tunggu Arahan Resmi Soal Gerakan ‘Rereongan Sapoe Sarebu’

Ia menambahkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan menyesuaikan nama taman kota dengan sistem toponimi lokal sebagai bentuk konkret pelestarian budaya.

“Menjaga keberadaan bahasa Sunda tidak hanya dilakukan di ruang kelas. Tetapi juga di ruang publik. Kota Bandung sebagai melting pot budaya, menjadi tempat yang strategis untuk terus menghidupkan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya.

(Yusuf Mugni)

spot_img

Berita Terbaru