spot_img
Jumat 3 Oktober 2025
spot_img

“Bebaskan PPP dari Permainan Sang Sengkuni”

Oleh: Yudi Muhammad Aulia

GARUT,FOKUSJabar.id: Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah selesai. Walaupun tampaknya konflik antarelit berebut keabsahan hasil masih akan berlanjut karena ujung jalan muktamar pekan lalu dikalim oleh dua kubu.

Mardiono merasa telah mengakhiri kompetisi dengan kemenangan karena sudah mengantongi SK Kemenkum sebagai legitimasi menduduki kursi tertinggi.

BACA JUGA:

Majelis Pakar DPW PPP Jawa Barat Dukung Hasil Muktamar X PPP

Sementara, Agus Suparmanto sebagai caketum pendatang baru di partai tertua, besutan Rommy juga merasa berhak menang dengan versinya dan mengajukan legalitas ke Kemenkum, disokong Mahkamah Partai.

Terlepas dari kondisi tersebut, sebagai kader partai sejak dulu, meski tak pernah memjangkau secara fisik ke medan petempuran memalukan tempo hari, saya merasa risi sekaligus sedih.

Selama lebih dari 10 tahun terakhir, Partai Persatuan Pembangunan dibuat carut marut, saling sikut antarpetinggi dari pusat hingga daerah.

Puncaknya, akibat perseteruan orang-orang haus kekuasaan, Pemilu kemarin menorehkan sejarah terburuk karena tak lolos ke ruang DPR RI 5 tahun ke depan. Hal itu mengiris hati semua kader dan pencinta PPP.

Dari fakta dan peristiwa dari episode ke episode, rusaknya bangunan persatuan di internal PPP, menurut saya tidak terlepas dari peran seorang elit muda yang terbilang pintar.

Bahkan kalau dilihat dalam pernyataan-pernyataannya di media kadang lebih pantas dibilang sok pintar. Dialah Romahurmuzy atau Rommy yang dulu merupakan tokoh yang saya kagumi.

BACA JUGA:

Jadi Ketua DPC PPP Garut, Ini Target Yudi Nugraha

Dari sejumlah sumber yang pernah diikuti, saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri ketika mendampingi Pak Surya Darma Ali (SDA) saat kunjungan ke daerah. Dia begitu rengkuh melayani SDA sebagai bos-nya waktu itu.

Tak makan waktu lama, Rommy naik menjadi Sekjen PPP dengan SDA sebagai Ketum.

Di situlah terdengar cara jahatnya dilakukan untuk mengkudeta SDA sekaligus memenjarakannya. Jadilah Romy Ketua Umum PPP.

Disitu kelihatan mental korup dan kepongahan makin terlihat. Akibatnya, dia terima karma mendekam di ruang bui. Posisinya pun diganti oleh Suharso Manoarfa sebagai penerus mengurus PPP bertarung di Pemilu.

Selamatlah PPP melaju ke parlemen kendati dengan jumlah menurun.

Tak lama setelah keluar dari penjara, tenyata libido sahwat politiknya makin liar nyaris tak terkendali. Momentum peristiwa “kepeleset lidah” Ketum Suharso tentang “amplop kyai” waktu itu, dimanfaatkan untuk menumbangkan sang Ketum dengan menghasut para sesepuh partai yang duduk di majelis partai untuk menurunkan  Suharso dari kursi Ketum.

Lebih sadis lagi, Romy cs mengkudeta Suharso selaku Ketum PPP justru pada saat beliau sedang tugas di luar negeri. Singkat cerita, Mardiono jadi Plt Ketum PPP menggantikan Suharso.

Entah apa yang ada dalam otaknya, hanya beberapa bulan setelah itu, berdasarkan sumber yang terpercaya, konon, tanpa rasa malu datang lagi ke Suharso dan mengajak lagi menggoyang Mardiono karena alasan management internal partai dianggap tak transparan.

Ditambah lagi ketidak cocokannya dalam memihak capres dalam Pilpres 2024 lalu yang kalah dan dianggap berdampak buruk pada Pileg 2024 pula, meski hal ini masih menjadi perdebatan panjang, jika mau dipanjangkan.

BACA JUGA:

DPC PPP Garut Gelar Tahlil untuk Sosok Pemersatu Anak Bangsa

Terakhir, dalam Mukhtamar X PPP tempo hari, Rommy “berjualan kursi ketum” ke sana ke mari. Banyak tokoh elit didatangi, seperti Jenderal Dudung, Saefulloh Yusuf, Amran bahkan Jokowi.

Semua didatangi dan ditawari bak pedagang keliling menjual barang buatan sendiri.

Akhirnya, bersambut dengan tangan Agus Suparmanto sang miliuner, mantan kader PKB, ditenteng sebagai Caketum melawan mantan tokoh yang dimanfaatkan untuk mendongkel ketum sebelumnya.

Kini, SK Kemenkumham yang mengesahkan Mardiono sebagai Ketum PPP periode 2025-2030 hasil Mukhtamar ke X. Dan ternyata tak  berhenti, Rommy cs masih menggiring lagi untuk melakukan penolakan. Drama apalagi yang akan kau mainkan wahai Rommy ?

Cukup sudah,  suara PPP konsisten menurun tiap Pemilu, semenjak adanya Rommy.

Kami kader PPP ingin berbenah diri dan tumbuh bersama. Bangkit kembali untuk menyongsong Pemilu 2029 tanpa Rommy, Sang sengkuni dengan gaya menghasut, mengadu domba, memutarbalikkan fakta untuk ambisinya pribadi.

(Penulis adalah Majelis Pakar DPW PPP Jawa Barat)

spot_img

Berita Terbaru