spot_img
Rabu 24 September 2025
spot_img

Ini Rahasia SPPG Tanah Sareal Pertahankan Zero Accident MBG

BOGOR,FOKUSJabarid: Hampir 9 bulan beroperasi, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar) mampu mempertahankan status zero accident atau nol kesalahan dalam menyiapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Tata kelola yang baik jadi kunci memberi pelayanan maksimal untuk ribuan penerima manfaat setiap harinya.

BACA JUGA: Sekolah Garuda Bisa Diakses Masyarakat Miskin

SPPG Tanah Sareal resmi melayani kebutuhan gizi masyarakat pada 6 Januari 2025. Sebelumnya, selama tiga bulan atau sejak November 2024, SPPG yang terletak di Kedungbadak, Kecamatan Tanah Sareal ini terus belajar menyiapkan santapan yang bergizi dan higienis.

“Intinya, kami mengawasi mulai dari proses bahan makanan masuk sampai makanan disajikan,” kata Ahli Gizi SPPG Tanah Sareal, Countessha Nicola (Tessa).

Sebelum bahan masuk ke ruangan, anggota tim melalukan kontrol kualitas. Bahan yang kualitasnya kurang dipisahkan. Tim juga memisahkan tempat penyimpanan untuk bahan makanan kering dan bahan makanan basah.

Setelah proses pemilahan, bahan makanan basah seperti daging hingga bumbu-bumbu dimasukkan ke tempat pendingin.

Suhu lemari pendingin disesuaikan dengan jenis bahan makanan. Misalnya, daging disimpan di suhu di bawah -15 derajat Celcius. Bumbu masak juga disimpan di tempat pendingin.

BACA JUGA:

Soal SPPG di Desa Cinta Karangtengah, Ini Kata Sekda Garut

Proses memasak dimulai pukul 01:00 WIB untuk menu-menu yang membutuhkan pengolahan yang cukup lama seperti daging.

Untuk menu-menu sederhana, proses memasak biasanya dimulai pukul 02:00 WIB.

“Untuk pemorsian dan pengemasan, kami start pukul 05:00 WIB karena tentunya ada proses pendinginan terlebih dulu,” kata Tessa.

Proses pendinginan ini menjadi salah satu kunci makanan tidak cepat basi. Jika langsung dikemas selagi masih panas, maka itu akan meningkatkan kontaminasi bakteri.

“Karena ada penguapan air, kemudian akan menjadikan makanan tersebut rentan basi,” kata dia.

Setelah proses pengemasan selesai, makanan didistribusikan ke sekolah. Pukul 07:00 WIB makanan harus sudah tiba di sekolah untuk disantap oleh para penerima manfaat. Terutama siswa TK, PAUD dan SD.

SPPG Tanah Sareal juga menerapkan shift untuk para pekerjanya yang berjumlah 46 orang. Proses memasak gelombang kedua dilakukan pukul 07:00 WIB.

Tahap pemorsian dan pengemasan di sesi kedua ini dilakukan pada pukul 09:00 WIB untuk dikirim ke penerima manfaat pukul 11:00 WIB.

Paket MBG tahap kedua ini untuk dikirimkan bagi penerima manfaat SMP dan SMA sederajat.

BACA JUGA:

BGN Pantau SPPG di Garut, Ada Apa?

“Untuk makanan, golden time pada saat disajikan itu baiknya dalam waktu kurang dari 4 jam. Nah, apabila lebih dari itu, sebenarnya makanan sudah rentan basi,” kata Tessa.

Tahapan lain yang tanpa pernah luput dilakukan SPPG Tanah Sareal adalah uji organoleptik.

Makanan yang sudah siap saji, sebelum didistribusikan akan melewati uji pancaindra mulai dari penglihatan, penciuman, perasa, peraba hingga pendengaran.

“Aroma, rasa hingga warnanya seperti apa. Kemudian kita simpan food sample-nya,” kata Tessa.

Setiap SPPG diharuskan menyimpan contoh makanan. Sampel makanan ini akan disimpan maksimal 14×24 jam atau dua minggu.

“Jadi, food sample ini gunanya untuk dikirimkan ke Dinas Kesehatan untuk dicek jika ada kejadian yang tidak diinginkan,” kata dia.

Penggunaan APD juga sudah menjadi prosedur standar dari tahap masuknya bahan baku hingga tahap akhir pengemasan.

Masker, penutup kepala, sarung tangan dan alas kaki yang higiensi menjadi barang wajib untuk dipakai saat bekerja.

BACA JUGA:

Pemerintah Pusat Monitoring Pembangunan Dapur SPPG di Garut

“Semua harus dalam keadaan higienis. Jadi, tidak ada kontaminasi dari pegawai sendiri pada makanan yang sudah diproduksi,” kata Tessa.

Pemilihan menu juga dilakukan secara serius. Tak sekadar bervariasi. Menu yang disajikan harus sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

SPPG Tanah Sareal memproduksi lebih dari 3.500 porsi MBG setiap harinya. Makanan itu didistribusikan ke 15 sekolah TK, SD, SMP dan SMA sederajat yang berada pada radius 5 kilometer dari lokasi dapur SPPG.

Selain anak sekolah, penerima manfaat MBG ini adalah ibu hamil, ibu menyusui dan balita.

Pada tahap akhir, SPPG Tanah Sareal juga memilah sampah dari MBG.

Sampah yang dipilah terdiri atas sampah sisa makanan dan sampah bahan makanan.

Sampah-sampah ini didistribusikan untuk pengusaha kecil di sekitar lokasi SPPG. Seperti peternak lele atau peternak maggot.

(Bambang Fouristian)

spot_img

Berita Terbaru