BANDUNG,FOKUSJabar.id: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung terus memperluas jangkauan layanan perlindungan terhadap perempuan dan anak, sekaligus program pencegahan bunuh diri. Tahun ini, program tersebut akan hadir di 26 kecamatan dengan melibatkan sekolah, posyandu, hingga kader PKK.
Kepala DP3A Kota Bandung, Uum Sumiati, menjelaskan bahwa pendekatan kolaboratif menjadi kunci dalam menangani kasus kekerasan maupun bunuh diri. “Kami tidak hanya menggandeng sekolah, tapi juga posyandu dan PKK. Di posyandu, akan ada standar pelayanan minimum berupa edukasi kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan dalam keluarga,” ujarnya, Selasa (16/9/2025).
Baca Juga: MQ Iswara Terima Permintaan Maaf Sejumlah Akun Medsos Terkait Kekeliruan Judul Tunjangan DPRD Jabar
Menurutnya, ke depan posyandu tidak hanya berfungsi untuk layanan kesehatan ibu dan anak, melainkan juga sebagai pusat edukasi. DP3A juga membangun jejaring dengan Pusat Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa PP), kader PKK, serta tokoh masyarakat.
Di sektor pendidikan, DP3A telah menyasar 30 SMP dengan program perlindungan anak yang ditutup dengan deklarasi Bandung Zero Bullying melibatkan 112 sekolah. Tahun ini, program serupa mulai digulirkan di tingkat SD dengan rencana deklarasi pada 2 Oktober, bertepatan dengan Hari Anti Kekerasan.
Selain itu, DP3A juga mengoperasikan mobil senandung perdana, layanan konseling keliling yang hadir dua kali sebulan. Setiap kedatangan, lebih dari 20 warga memanfaatkan layanan gratis ini untuk masalah kekerasan, bullying, hingga anak yang enggan bersekolah.
“Mobil konseling keliling adalah strategi jemput bola, terutama bagi warga yang kesulitan mengakses kantor DP3A,” kata Uum.
Kerja Sama Lintas Sektor
Ia menegaskan, pencegahan bunuh diri dan perlindungan anak tidak bisa dibebankan pada satu lembaga saja. Dibutuhkan kerja sama lintas sektor melibatkan Satpol PP, Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), sekolah, dan komunitas warga.
“Kota Bandung harus siap menjadi kota ramah anak dan bebas kekerasan. Dengan semangat kolaborasi, kami optimistis dapat mewujudkan Bandung Zero Bullying sekaligus menekan potensi kasus ekstrem seperti bunuh diri,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni)