TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kebersamaan antarumat beragama demi terwujudnya kerukunan dan keharmonisan di tengah masyarakat.
Hal itu ia sampaikan saat membuka kegiatan Penguatan Kerukunan Umat Beragama melalui Early Warning System (EWS) yang digelar Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Tasikmalaya di Ballroom City Hotel, Rabu (10/9/2025).
Baca Juga: UMKM Tasikmalaya Tampil di Festival Internasional IKN, Raih Apresiasi Nasional
Acara ini dihadiri Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat Dudu Rohman, Kepala Kemenag Kota Tasikmalaya Agus Bukhori, para tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi keagamaan lintas agama, pemuda, hingga para kepala KUA se-Kota Tasikmalaya.
“Kemajemukan dan keberagaman di Kota Tasikmalaya sebagai kota yang terus maju dan berkembang harus dijaga bersama. Agar tercipta suasana damai dan kehidupan harmonis,” ujar Viman.
Menurutnya, program EWS menjadi sarana komunikasi dan koordinasi antarelemen masyarakat. Bertujuan untuk mendeteksi sejak dini potensi masalah yang dapat mengganggu keharmonisan sosial.
“EWS bukan hanya soal deteksi dini, tapi juga langkah awal menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif,” imbuhnya.
Viman menegaskan, menjaga kerukunan tidak bisa hanya dilakukan pemerintah daerah. Dukungan tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat keamanan, akademisi, hingga seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenag Jabar Dudu Rohman menyebut umat Islam yang mencapai 93 persen dari total penduduk Jawa Barat memiliki peran penting dalam melindungi umat minoritas.
“Kuncinya, mayoritas harus melindungi minoritas. Prinsip ini harus diterapkan di manapun agar kerukunan tetap terjaga,” ungkap Dudu.
Ia menambahkan, kerukunan umat beragama merupakan tanggung jawab bersama yang harus diwujudkan melalui komunikasi intensif, kolaborasi, dan silaturahmi.
“Silaturahmi adalah kekuatan. Perkuat silaturahmi dengan menghadirkan hal-hal yang menyejukkan lewat dakwah, pengajian, majelis taklim, maupun pondok pesantren,” katanya.
Dudu pun mengajak semua stakeholder, mulai dari kepala daerah, ulama, aparat kepolisian, hingga tokoh masyarakat untuk sering berdialog. Bahkan dalam suasana santai seperti ngopi bareng, demi menjaga persatuan di tengah keberagaman.
(Seda)