PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Suara khas mirip peluit yang terdengar dari kejauhan kerap membuat warga Pangandaran menoleh. Bukan suara peluit biasa, melainkan bunyi uap panas dari alat masak bambu milik penjual kue tradisional legendaris putu ayu.
Salah satu penjual yang paling dikenal adalah Reza, pria asal Brebes yang sejak 1999 menetap di Pangandaran dan berkeliling menjajakan putu ayu. Dengan sepeda motor yang dimodifikasi khusus untuk membawa peralatan masaknya, ia berkeliling kampung menawarkan jajanan beraroma nostalgia itu.
Baca Juga: NPCI Pangandaran Curhat ke Bupati, Harap Dukungan untuk Atlet Disabilitas
“Ya, saya sudah puluhan tahun di Pangandaran berjualan putu ayu,” ujar Reza saat ditemui di sela-sela berjualan, Senin (8/9/2025).
Reza tak hanya menjual kue, tapi juga membawa filosofi unik. Baginya, putu ayu bisa dimaknai sebagai singkatan dari pencari uang tenaga uap.
“Suara ini khas, warga yang pernah beli pasti ingat. Hanya kue putu yang mengeluarkan suara seperti peluit saat dimasak dalam bambu,” katanya sambil tersenyum.
Dengan harga Rp1.000 per buah, putu ayu Reza tetap jadi primadona jajanan sore. Suara peluit uapnya menjadi penanda yang ditunggu-tunggu banyak warga.
“Kalau terdengar suara peluit dari kejauhan, kami langsung tahu itu pasti penjual putu ayu,” ungkap Aan, warga Desa Legokjawa.
Aan mengaku menjadi pelanggan setia karena rasa putu ayu yang lembut, harga terjangkau, dan kenangan masa kecil yang selalu hadir setiap kali menikmatinya.
“Rasanya enak, cuma seribu rupiah, dan bikin nostalgia,” ujarnya.
Bagi warga Pangandaran, putu ayu bukan sekadar jajanan, melainkan warisan kuliner yang mengikat kenangan masa lalu dengan cita rasa yang masih relevan hingga kini.
(Sajidin)