BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pemerintah Kota Bandung melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melaksanakan kegiatan biotrack atau penyusuran titik rawan bencana di kawasan Sesar Lembang. Langkah ini dilakukan untuk memetakan potensi kerawanan sekaligus memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman gempa.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menyampaikan bahwa posisi geografis Kota Bandung berada di wilayah yang berdekatan dengan Sesar Lembang, sehingga perlu kewaspadaan ekstra.
Baca Juga: Wali Kota Bandung Lantik 90 Pejabat Baru, Tegaskan Jawab Kritik dengan Kerja Nyata
“BPBD kemarin melaksanakan biotrack di kawasan Lembang. Intinya posisi Kota Bandung sudah jelas berada di daerah rawan Sesar Lembang,” ujar Erwin di Balai Kota, Jalan Wastukencana, Senin (25/8/2025).
Sebagai tindak lanjut, Pemkot Bandung akan menunjuk penanggung jawab kebencanaan di tingkat wilayah, mulai dari ketua RW, lurah, hingga camat. Mereka nantinya akan mendapatkan pelatihan khusus agar mampu memimpin penanganan bencana di lingkungannya.
“Edukasi kebencanaan di sekolah sudah berjalan dari SD, SMP, hingga SMA. Sekarang fokus ke masyarakat, agar saat bencana terjadi bisa ditangani tanpa panik,” jelasnya.
Selain simulasi sederhana seperti jalur evakuasi rumah tangga dan cara berlindung, Pemkot Bandung juga telah mengintegrasikan sistem deteksi dan komunikasi dari Balai Kota ke sekolah-sekolah serta kantor pemerintahan.
Kegiatan biotrack ini turut melibatkan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Menurut Erwin, kolaborasi dengan para pakar kebencanaan penting agar langkah mitigasi lebih akurat.
“Ini ide dari Kepala BPBD, Pak Didi. Masyarakat perlu dilatih, diberi simulasi, bahkan di rumah sebaiknya ditempel stiker panduan menghadapi bencana. Jadi jelas tahapannya,” tambahnya.
Meski Sesar Lembang terakhir kali aktif sekitar 400 tahun lalu, Erwin menegaskan kewaspadaan tidak boleh kendor. Apalagi, BPBD kini sudah dilengkapi teknologi deteksi dini untuk memantau potensi pergerakan sesar.
“Kita sudah punya layanan yang lebih canggih, termasuk alat pendukung dari pemerintah pusat. Jadi deteksi dini bisa dilakukan,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni)