spot_img
Sabtu 16 Agustus 2025
spot_img

Mahasiswa Doktoral Asal Pangandaran Sebut Gado-Gado Refleksi Literasi Keagamaan Lintas Budaya

PANGANDARAN, FOKUSJabar.id: Rinda Fauzian, mahasiswa Program Doktoral Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus pengajar di MTsN 1 Pangandaran, menyampaikan perspektif unik tentang literasi keagamaan lintas budaya dengan menggunakan gado-gado sebagai metafora keberagaman.

Dalam presentasi yang ia bawakan, Rinda mengajak audiens untuk melihat makna kebersamaan dalam perbedaan melalui hidangan tradisional yang terdiri dari beragam komposisi.

Baca Juga: Kasus Perundungan di Pangandaran Gegerkan Warganet, Disdikpora Panggil Seluruh Kepala SMP

“Lontong, kangkung, kacang panjang, pare, tahu, tempe semua punya peran penting. Tidak ada yang lebih dominan. Begitu pula dengan masyarakat plural, setiap perbedaan harus dihargai dan diperlakukan dengan saling menghormati,” ujar Rinda, Sabtu (16/8/2025).

Menurutnya, gado-gado merepresentasikan Indonesia yang majemuk berbagai suku, agama, dan budaya yang saling melengkapi demi terciptanya harmoni. Setiap komponen dalam gado-gado, kata Rinda, menggambarkan betapa pentingnya peran individu dalam memahami diri dan keyakinannya.

“Seseorang yang mengenali dirinya akan lebih mudah menghargai orang lain yang berbeda agama, ras, dan budaya,” jelasnya.

Rinda juga menekankan pentingnya tiga kompetensi utama dalam membangun masyarakat harmonis. Pertama, kompetensi pribadi, yaitu kemampuan mengevaluasi dan memahami keyakinan diri. Kedua, kompetensi komparatif, yakni kesediaan membandingkan sekaligus menerima perbedaan tanpa merasa lebih unggul. Dan ketiga, kompetensi kolaboratif, yaitu kemampuan bekerja sama dengan orang yang berbeda keyakinan demi kebaikan bersama.

“Ini bukan soal mengubah keyakinan, tapi soal kolaborasi. Misalnya, kerja sama antara lembaga pendidikan Islam dan Kristen untuk membangun pendidikan yang inklusif,” tuturnya.

Selain itu, ia menggarisbawahi pentingnya komunikasi empatik sebagai jembatan dialog lintas budaya. Rinda meyakini, nilai-nilai literasi keagamaan lintas budaya dapat menjadi fondasi terciptanya masyarakat yang damai, harmonis, dan sejahtera.

“Seperti gado-gado yang lezat karena semua komponen saling melengkapi, begitu pula masyarakat akan indah jika setiap individu saling menghargai dan bekerja sama mencapai tujuan bersama,” pungkasnya.

(Sajidin)

spot_img

Berita Terbaru