spot_img
Selasa 12 Agustus 2025
spot_img

TPS Gedebage Bandung Olah Sampah Jadi Produk Bernilai Tinggi, Libatkan UMKM Lokal

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Tempat Pengolahan Sampah (TPS) di Pasar Induk Gedebage memanfaatkan teknologi biodigester windrow composting untuk mengolah sampah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Produk yang dihasilkan meliputi kompos cair, kompos padat, cocopeat, hingga cocofiber dari serabut kelapa.

Direktur Business Development Prosignal, Ali Yusuf, mengungkapkan, setiap hari serabut kelapa yang masuk ke TPS Gedebage bisa mencapai 2–3 ton. Selama ini, bahan tersebut dijual langsung ke perusahaan, namun mulai September mendatang, pihaknya akan mengembangkan produk olahan bernilai tambah dengan melibatkan pelaku UMKM lokal.

Baca Juga: Sambut Bulan Kemerdekaan, Kurnia Seafood Hadirkan ‘Cita Rasa Nusantara’

“Ke depannya, kerja sama tidak lagi berupa jual putus. Kami akan memasok bahan baku, lalu UMKM mengolahnya menjadi produk akhir. Penjualan dengan sistem profit sharing,” jelas Ali, Selasa (12/8/2025).

Produk kompos yang dihasilkan dijual dengan harga antara Rp2.000 hingga Rp5.000, tergantung komposisi dan spesifikasi yang diminta pasar. Ali menegaskan, pihaknya terbuka untuk semua UMKM, khususnya di Bandung, yang ingin bekerja sama.

“Bisa langsung datang ke kantor. Kalau cocok, hari itu juga bisa tanda tangan kontrak,” ujarnya.

Penggerak Ekonomi Sirkular

Menurutnya, langkah ini sejalan dengan visi perusahaan untuk tidak hanya menjadi pengelola sampah, tetapi juga penggerak ekonomi sirkular yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

Direktur Utama Prosignal Karya Lestari, Aldi Ridwansyah, menambahkan bahwa pihaknya berkomitmen memaksimalkan pengolahan sampah organik di TPS Gedebage, terutama dari pasar.

“Alhamdulillah, sekarang tidak ada lagi tumpukan sampah seperti dulu. Kalau ada, itu sampah baru, bukan yang sudah berhari-hari,” jelasnya.

Selain menerima sampah dari Pasar Gedebage, TPS ini juga menampung kiriman dari Pasar Ujung Berung, pasar tumpah. Serta beberapa kelurahan sekitar seperti Cipadung Wetan dan Mekarmulya. Setiap RW rata-rata menyumbang sekitar 400 kilogram sampah per hari. Pengolahannya secara gratis karena biaya operasional dari pemerintah melalui skema tipping fee.

Aldi menegaskan, keberhasilan pengolahan ini tidak lepas dari teknologi biodrying yang mampu mengolah sampah tanpa menimbulkan bau menyengat. Sampah yang sudah diproses kemudian dipilah untuk dimanfaatkan kembali.

(Yusuf Mugni)

spot_img

Berita Terbaru