PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Cuaca ekstrem yang melanda wilayah perairan Kabupaten Pangandaran sejak akhir Juli hingga awal Agustus 2025 tak menyurutkan semangat sebagian nelayan untuk tetap melaut. Meski hujan deras dan angin kencang mengurangi jumlah kapal yang beroperasi, sebagian nelayan tetap berlayar demi memenuhi kebutuhan ekonomi sekaligus menjaga pasokan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Sekretaris Koperasi Unit Desa (KUD) Minasari Pangandaran, Datam Sutarjo, mengungkapkan cuaca buruk membuat hasil tangkapan menurun drastis. Kondisi ini turut memengaruhi nilai produk di TPI, khususnya di KUD Minasari.
Baca Juga: Gebyar Merah Putih Polres Pangandaran Semarakkan HUT RI ke-80
“Hujan deras dan angin kencang jelas berdampak pada penurunan hasil tangkapan dan nilai produk di TPI,” kata Datam.
Meski begitu, ia mencatat sempat ada lonjakan penjualan pada akhir Juli. Dalam dua hari saja, transaksi di TPI Minasari mampu menembus lebih dari Rp 500 juta, sehingga mendongkrak pendapatan keseluruhan. Hingga akhir Juli, penjualan kumulatif hasil tangkap laut di TPI Minasari telah mencapai Rp 10,4 miliar, dari target tahunan Rp 30 miliar.
“Dengan sisa waktu enam bulan, kami optimistis target tercapai. Asalkan produksi tetap stabil dan kebocoran penjualan di luar TPI bisa ditekan,” ujarnya.
Datam berharap pemerintah daerah memperketat pengawasan untuk mengurangi praktik penjualan hasil laut di luar jalur resmi TPI, yang masih dilakukan oleh sebagian nelayan maupun pedagang.
Bawal Putih dan Udang Tiger Jadi Andalan di Tengah Cuaca Buruk
Terkait harga komoditas, ia menyebut udang rebon masih memiliki nilai jual tinggi selama kualitas terjaga. Sementara ikan bawal putih ukuran B menjadi primadona dengan harga Rp 400 ribu per kilogram. Kemudian udang tiger dibanderol sekitar Rp 350 ribu per kilogram.
“Harga ikan dan udang saat ini masih bagus dan normal,” tambahnya.
Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pangandaran, Soleh, membenarkan adanya kebocoran penjualan di luar TPI. Ia mengaku pihaknya sudah melakukan pengawasan dan pembinaan, meski tidak semua pihak terkait menghadiri kegiatan tersebut.
Hingga saat ini, realisasi retribusi dari sektor perikanan baru mencapai 32,17 persen atau Rp 643,3 juta dari target Rp 2 miliar pada 2025.
(Sajidin)