PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Di sudut sunyi sebuah rumah reyot di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, hidup seorang perempuan tangguh bernama Cucu (43). Sudah lima tahun lamanya ia hanya bisa duduk terpaku, tidak mampu lagi melangkah akibat penyakit yang melumpuhkan kakinya selama 5 tahun terakhir. Lebih memilukan lagi, Cucu adalah seorang penyandang disabilitas yang tinggal bersama ayahnya, Rasim lansia renta yang menjadi satu-satunya keluarga yang menemaninya menjalani hidup dalam keterbatasan.
Kondisi rumah yang mereka huni pun jauh dari kata layak. Atap genting dari daun kelapa tampak rapuh dimakan usia. Dinding dari anyaman bambu telah berlubang, bahkan beberapa bagian kamar dan dapur nyaris roboh. Ketika hujan turun, air dengan leluasa menetes ke dalam rumah, membasahi kasur tua tempat mereka tidur tanpa selimut, menggigil dalam dingin malam.
Baca Juga: Budaya Lokal Hampir Punah, Budayawan Asal Pangandaran Minta Dukungan Pemerintah
Namun di balik segala kegetiran itu, secercah cahaya harapan mulai muncul. Warga yang peduli melaporkan kondisi Cucu kepada pihak berwenang. Merespon cepat, Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinsos PMD) Kabupaten Pangandaran bersama anggota DPRD turun langsung ke lokasi.
“Kami langsung melakukan asesmen dan memberikan bantuan dasar seperti sembako, kasur, selimut, dan terpal untuk menutup bagian rumah yang rusak,” ungkap Dudung Sopandi, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos PMD, Selasa (22/7/2025).
Bantuan Dari Kementrian
Dudung menambahkan, pihaknya juga tengah mengupayakan bantuan dari Kementerian Sosial untuk mencukupi kebutuhan jangka panjang. Termasuk kursi roda sebagai alat bantu mobilitas dan dukungan usaha kecil agar Cucu dapat kembali berdaya.
Meski terkendala aturan untuk bantuan bedah rumah karena rumah yang mereka tempati berdiri di atas tanah milik orang lain semangat untuk mencari solusi terbaik tak lantas padam.
“Kami akan terus cari jalan agar keluarga ini bisa hidup lebih layak. Tidak berhenti sampai di sini,” tegasnya.
Rasa empati mendalam juga disampaikan oleh anggota DPRD Pangandaran, Sri Rahayu. Saat mengunjungi langsung rumah Cucu, ia tak kuasa menyembunyikan keprihatinannya.
“Kondisinya sungguh menyentuh hati. Kami akan berusaha memberikan bantuan rutin untuk kebutuhan bulanan mereka. Termasuk mendukung proses pengobatan Cucu,” kata Sri Rahayu dengan mata berkaca-kaca.
Menurutnya, Cucu memiliki semangat hidup yang besar dan harapan yang kuat untuk sembuh.
“Dia ingin sekali sembuh. Keinginannya luar biasa kuat. Dan itu yang membuat kami semua semakin terdorong untuk membantunya,” tambah Sri Rahayu, politisi yang sudah tiga periode duduk di DPRD.
Dalam diam dan sakitnya, Cucu tetap menyalakan harapan. Dalam rumah tua penuh lubang itu, ia dan sang ayah bertahan bukan hanya karena kebutuhan, tapi karena cinta dan keteguhan hati. Kisah Cucu menjadi cermin betapa perjuangan hidup tak pernah layu meski diterpa hujan dan angin. Dan selama masih ada yang peduli, harapan itu takkan pernah padam.
(Sajidin)