spot_img
Selasa 22 Juli 2025
spot_img

Budaya Lokal Hampir Punah, Budayawan Asal Pangandaran Minta Dukungan Pemerintah

PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Budayawan asal Pangandaran, Yana Macan, mengajak pemerintah pusat maupun daerah untuk lebih serius dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal yang semakin tergerus zaman. Ia menekankan bahwa pelestarian budaya bukan hanya menjadi tanggung jawab masyarakat, melainkan juga merupakan amanat konstitusi.

“Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, serta PP Nomor 87 Tahun 2021 secara tegas mengatur hal ini. Bahkan dalam UUD 1945 Pasal 32, negara berkewajiban hadir untuk menjaga dan merawat kebudayaan nasional maupun lokal,” ujar Yana Macan, Senin (21/7/2025).

Baca Juga: Tradisi Hajat Bumi Pangandaran, Simbol Syukur dan Kebersamaan

Ia berharap ke depan pemerintah bisa lebih aktif mendukung budaya yang mulai terlupakan dan terancam punah.

Seruan serupa disampaikan Ketua Galuh Sadulur, Raden Koko Koswara. Ia menyebut pelestarian budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama.

“Budaya sejati tidak pernah mengajarkan hal yang salah. Ambil contoh Hajat Bumi, yang mengandung pesan kebaikan dan kebersamaan dalam berbagi kepada sesama,” jelasnya.

Raden Koko juga menyoroti nilai-nilai luhur dari budaya bercocok tanam seperti menanam singkong dan padi yang diwariskan oleh para leluhur.

“Itu bagian dari ajaran karuhun kita. Dengan menanam dan merawat bumi, kita belajar bersyukur. Hajat Bumi adalah wujud rasa syukur atas hasil alam yang diberikan,” tambahnya.

Hayu, Masyarakat Sunda Mengaga Budaya Leluhur

Ia pun mengajak masyarakat Sunda untuk bersama-sama menjaga warisan budaya leluhur agar tidak hilang ditelan zaman.

Sebelumnya, ratusan warga Dusun Bojongkarekes, Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti tradisi Hajat Bumi yang digelar pada bulan Muharram ini.

Dengan mengusung tema “Mupusti Tradisi, Mulasara Budaya, Neruskeun Carita Kolot”, perayaan ini menjadi simbol rasa syukur atas rezeki dari bumi dan laut, serta bentuk nyata pelestarian tradisi.

Warga mengenakan pakaian adat serba hitam sebagai penghormatan kepada leluhur. Para wanita tampil anggun dalam balutan kebaya hitam dan kain batik, sementara pria mengenakan pangsi serta ikat kepala khas Sunda.

Momen puncak perayaan adalah makan bersama. Setiap keluarga membawa nasi tumpeng lengkap dengan ayam bekakak, sayur mayur, buah-buahan, serta aneka hasil bumi dan laut.

Tak hanya itu, hiburan rakyat seperti atraksi Debus dan tarian ronggeng Amen turut memeriahkan acara, memperkaya suasana adat dan mempererat ikatan kebersamaan masyarakat.

(Sajidin)

spot_img

Berita Terbaru