spot_img
Senin 21 Juli 2025
spot_img

Aksi Ekstrem Debus Warnai Hajat Bumi di Pangandaran, Penonton Menjerit Takjub

PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Perayaan Hajat Bumi yang digelar di Bojong Karekes, Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, menyuguhkan pertunjukan ekstrem yang memukau sekaligus menggetarkan nyali, kesenian Debus, yang sarat dengan nilai spiritual dan budaya lokal, menjadi sajian utama dalam acara tersebut.

Pertunjukan ini menampilkan aksi luar biasa yang tampaknya melampaui batas kemampuan manusia biasa. Para peserta Debus mempertontonkan kekuatan fisik dan spiritual mereka: memakan bara api, mandi air mendidih, ditusuk serta ditebas golok tajam, tidur di atas pecahan kaca, bahkan dipukul dengan bambu hingga hancur. Tidak berhenti di situ, aksi paling menegangkan datang saat seorang peserta “dipotong” dengan mesin senso di depan mata ratusan penonton.

Baca Juga: Libur Usai, Pelaku Usaha ATV Pangandaran Kembali Sepi Pengunjung

Meski tampak mengerikan, para peserta justru tampil tenang dan tanpa luka sedikit pun, bahkan terlihat menikmati setiap adegan.

Sebelum pertunjukan dimulai, para pelaku Debus menjalani ritual khusus. Mereka dibasuh dengan air bunga yang telah dibacakan doa-doa dan jampi-jampi, kemudian ditiup doa oleh pimpinan kelompok. Setelah prosesi itu, peserta menari mengikuti irama musik tradisional, sebagai pembuka pertunjukan.

Penonton pun dibuat bergidik ngeri sekaligus takjub. Banyak yang mengabadikan momen melalui ponsel, namun tak sedikit pula yang memilih memalingkan muka karena tak sanggup melihat aksi-aksi berbahaya itu.

Salah satu adegan yang menyedot perhatian adalah ketika seorang peserta tidur di atas pecahan kaca tanpa mengenakan atasan, lalu tubuhnya dinaiki oleh peserta lain yang sedang memakan api. Sorakan dan jeritan penonton pun tak terhindarkan.

Aksi Paling Ekstrem Debus Pangandaran

Lebih mengejutkan lagi, seorang penonton yang mengenakan seragam ASN tiba-tiba naik ke panggung untuk ikut mandi air mendidih. Setelah diberikan doa khusus, ia pun tampak mampu menjalani aksi itu tanpa cedera, membuat penonton makin terpukau.

Di akhir pertunjukan, suasana memuncak ketika aksi paling ekstrem yakni memotong tubuh manusia menggunakan mesin senso. Jeritan kengerian terdengar dari kerumunan, meski berakhir dengan tepuk tangan riuh karena semua peserta tetap selamat.

Ketua Galuh Sadulur sekaligus tokoh budayawan Sunda, Raden Koko Koswara, menyebut bahwa Debus merupakan kesenian bela diri warisan leluhur Tatar Sunda yang menggabungkan kekuatan fisik, spiritual, dan seni pertunjukan.

“Debus adalah bagian dari seni bela diri Sunda yang telah ada sejak zaman dulu. Sayangnya, semakin jarang tampil. Untuk itu perlu dukungan media agar warisan ini tidak tenggelam oleh budaya asing,” ujar Koko.

Ia mengingatkan pentingnya menjaga budaya lokal agar tidak punah. “Kalau kata orang Sunda, ‘Ulah nepi ka jati kasilih ku junti’. Jangan sampai akar budaya kita tergantikan oleh hal-hal yang tidak sepadan,” tegasnya.

(Sajidin)

spot_img

Berita Terbaru