spot_img
Selasa 19 Agustus 2025
spot_img

Teh Medium Membangun Koneksi Sosial, Kultur dan Ekologis

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Teh bukan sekadar minuman pelepas dahaga. Di tangan Prof. Keri Lestari Dandan, peneliti teh sekaligus pegiat konservasi menjadi jalan hidup, pelestarian lingkungan dan peluang ekonomi berkelanjutan bagi petani.

Lewat keterlibatannya bersama Paguyuban Grapeti (Gabungan Petani Teh Indonesia), dia mendorong transformasi cara pandang dari komoditas menjadi gaya hidup yang berakar pada tradisi dan keberlanjutan.

“Teh pilihan itu lebih tentang dengan siapa kita meminumnya,” kata Prof. Keri dalam sebuah Podcast Voice of Wellness bertajuk Teh dan Kesehatan di Kota Bandung, Jumat (18/7/2025).

teh
(LIN)

BACA JUGA:

Dusun Bambu Trail Run Tawarkan Keseruan Lari di Alam dan Hadiah Puluhan Juta

Bagi dirinya, teh adalah medium untuk membangun koneksi baik secara sosial, kultural maupun ekologis. Hal ini sejalan dengan misi Grapeti, yang membina para petani agar beralih dari praktik merusak lingkungan.

Seperti penebangan pohon, ke budidaya tanaman teh yang ramah alam dan bernilai ekonomi.

“Daripada kayunya ditebang, lebih baik kita berikan harapan lain. Teh bisa ditanam tanpa harus merusak hutan. Kopi bagus, tapi panennya hanya setahun sekali. Teh bisa dipetik berkala,” jelas dia.

Kini, berkat pembinaan tersebut, para petani yang tergabung dalam Grapeti mulai meninggalkan praktik penebangan pohon.

Mereka beralih ke produksi teh konservatif yang tetap memberi penghasilan tanpa merusak alam.

Terinspirasi Kebiasaan

Lebih dari itu, Prof. Keri juga menyoroti pentingnya inovasi dalam konsumsi. Terinspirasi dari kebiasaan suaminya yang menyukai teh kemasan manis, dia mengembangkan Teh Sephia, sebuah alternatif yang nikmat namun rendah gula.

BACA JUGA:

Madness Tour 2025 Hadirikan Kolaborasi 2 Generasi

“Kita perlu solusi untuk menghindari gula yang jahat,” kata dia.

Prof. Keri melihat tren positif dalam konsumsi teh di kalangan masyarakat Indonesia. Minuman ini tak lagi hanya dikaitkan dengan es teh manis. Namun mulai menjadi bagian dari gaya hidup modern yang menekankan relaksasi dan mindfulness.

“Minuman ini mengandung zat yang bisa membuat kita tenang dan rehat sejenak,” kata dia.

Dia mengangkat nilai budaya. Seperti upacara minum teh di Jepang atau tradisi Tiongkok yang menjadikan sebagai souvenir pernikahan.

“Teh adalah tradisi luar biasa yang lahir di Tiongkok dan kini mendunia,” kata dia.

Indonesia pun tak kalah kaya. Negeri ini memiliki white tea, salah satu jenis premium yang dihargai tinggi di pasar global.

BACA JUGA:

SheHacks 2025, Indosat Siap Dorong Pemberdayaan Perempuan Dalam Kesetaraan Digital

“White tea Indonesia itu mahal karena cara memetik dan mengolahnya sangat khusus,” tutur Prof. Keri.

(LIN)

spot_img

Berita Terbaru