CIAMIS,FOKUSJabar.id: Di tengah gegap gempita penerimaan siswa baru tahun ajaran 2025, SMK Yasira yang terletak di pinggir jalan Ciamis – Banjar, tepatnya di Desa Pamalayan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, mencatat hal yang luar biasa sekaligus mengundang keprihatinan, hanya satu siswa baru yang mendaftar dan diterima di sekolah tersebut.
Satu-satunya peserta didik baru itu merupakan lulusan MTs dan warga lokal. Meski hanya seorang, pihak sekolah tidak menyerah pada keadaan.
Baca Juga: Aksi Unik Damkar Ciamis, Angkut Kulkas ke Lantai Dua Lewat Jendela
Sekolah Tak Pernah Menolak Siapa Pun yang Ingin Belajar
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Meliya Pujianti, membenarkan bahwa tahun ini SMK Yasira hanya mendapat satu siswa baru.
“Kami hanya menerima satu siswa baru untuk tahun ajaran 2025 ini,” ujar Meliya, Jumat (18/7/2025).
Ia mengungkapkan bahwa pihak sekolah telah berupaya maksimal dalam melakukan promosi ke berbagai SMP dan MTs, baik secara langsung maupun melalui penyebaran pamflet. Namun hasilnya belum membuahkan peningkatan jumlah pendaftar.
“Kami sudah lakukan segala upaya, tapi inilah hasilnya,” ucapnya dengan nada ikhlas.
Satu Murid, Kelas Tetap Hidup
Meski hanya memiliki satu siswa baru, SMK Yasira tetap berkomitmen untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum dan peraturan yang berlaku. Bahkan, sekolah justru menaruh perhatian lebih untuk membangun semangat dan motivasi siswa tersebut.
“Kami tetap berikan semangat pada siswa baru itu. Meski belum ada teman sekelasnya, dia tetap kami didik dengan sepenuh hati,” kata Meliya.
Saat ini, SMK Yasira masih memiliki 13 siswa dari angkatan sebelumnya, dan seluruh proses pembelajaran akan terus berjalan seperti biasa.
Jurusan Langka yang Menjanjikan: Tata Busana
SMK Yasira memiliki jurusan Tata Busana, yang menurut Meliya, merupakan bidang yang jarang tersedia namun sangat menjanjikan untuk masa depan.
“Fashion selalu berubah dan berkembang cepat. Jadi peluang untuk menjadi desainer atau pelaku industri kreatif sangat terbuka lebar,” jelasnya.
Meliya berharap, siswa tunggal tersebut bisa betah hingga lulus dan kelak menjadi inspirasi bagi orang lain.
“Semoga ia betah di sini, dan bisa tumbuh bersama kakak-kakak kelasnya,” ucap Meliya penuh harap.
Butuh Dukungan Pemerintah dan Masyarakat
Melihat kondisi ini, Meliya pun berharap dukungan dari pemerintah, agar SMK Yasira tetap bisa bertahan dan berkembang. Ia juga menginformasikan bahwa tidak ada pungutan SPP bagi siswa. Hanya seragam jas almamater dan olahraga yang perlu dibeli secara mandiri.
“Sekolah kami gratis. Hanya baju almamater dan seragam olahraga saja yang dibeli. Kami mohon pemerintah lebih memperhatikan,” ujarnya.
Satu Sekolah Lain Kini Mati Suri
Sebagai catatan tambahan, selain SMK Yasira, SMK Darul Falah sekolah hibah Gubernur Jawa Barat tahun 2011 yang berada di Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing kini tidak lagi beroperasi. Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi bangunan sekolah tersebut terbengkalai, rusak, dan dipenuhi rumput liar. Bahkan, plafon bagian dalam sudah menjadi sarang kelelawar.
Situasi ini mencerminkan tantangan besar dunia pendidikan kejuruan di daerah, khususnya di wilayah pedesaan, yang kerap luput dari perhatian meski potensinya sangat besar.
(Husen Maharaja)