CIAMIS,FOKUSJabar.id: Di tengah arus modernisasi yang kian deras, warga Kabupaten Ciamis masih menjaga nyala tradisi warisan leluhur. Dua di antaranya adalah Ngabungbang dan Mopoek Lembur, ritual budaya yang sarat makna spiritual dan filosofi kehidupan.
Ngabungbang: Renungan dalam Sunyi di Situs Bersejarah
Ngabungbang adalah sebuah ritual kontemplatif yang sudah berjalan turun-temurun oleh masyarakat Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing. Dulu, tradisi ini biasa dilakukan di pertemuan dua aliran sungai yakni Sungai Citanduy dan Sungai Cimuntur, tepat di kawasan Situs Cagar Budaya Karangkamulyan.
Baca Juga: Satu Siswa, Seribu Harapan, SMK Yasira Ciamis Tetap Mengabdi untuk Masa Depan Pendidikan
Namun, mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan kenyamanan, lokasi pelaksanaan kini bergeser ke tempat yang lebih representatif, yakni aula tether, meskipun suasana khidmat tetap terjaga.
Dalam prosesi Ngabungbang, warga duduk bersila dalam keheningan, menyatu dengan alam, tanpa lampu listrik, hanya cahaya remang seadanya. Ini bukan sekadar acara budaya, melainkan juga perjalanan batin, sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta.
“Acara Ngabungbang telah kami laksanakan beberapa waktu lalu,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Ciamis, Dian Budiana.
Mopoek Lembur: Menyambung Jiwa dengan Leluhur
Selain Ngabungbang, kegiatan Mopoek Lembur juga akan digelar oleh masyarakat Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, pada akhir pekan ini (Sabtu-Minggu). Tradisi ini memiliki semangat serupa merenung, menyepi, dan merefleksikan diri atas karunia hidup yang telah Tuhan berikan.
“Baik Ngabungbang maupun Mopoek Lembur, tujuannya sama: mengingatkan bahwa kita ini ciptaan Allah SWT yang harus selalu bersyukur,” ujar Dian.
Kedua kegiatan ini adalah bentuk nyata dari pelestarian nilai-nilai budaya dan spiritualitas lokal yang mulai langka di tengah hiruk pikuk zaman modern.
Merawat Budaya, Menyuburkan Rasa Syukur
Dian menegaskan, acara seperti ini bukan sekadar seremoni, tapi merupakan warisan budaya yang perlu terus dirawat dan dikenalkan pada generasi muda.
“Inti dari semua ini adalah wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat kehidupan,” tegasnya.
Lebih dari sekadar ritual, Ngabungbang dan Mopoek Lembur adalah cermin peradaban yang menjunjung tinggi hubungan manusia dengan alam, sesama, dan Sang Pencipta. Tradisi ini adalah napas kearifan lokal yang terus hidup dan tumbuh, mengakar kuat di hati masyarakat Ciamis.
(Husen Maharaja)