spot_img
Jumat 18 Juli 2025
spot_img

Dari Kolam Kosong ke Juara Dunia: Kisah Inspiratif Hartono Soekwanto dan Koi Legenda Mu-Lan

BANDUNG,FOKUSjabar.id: Sore itu, di sudut tenang kawasan Cidadap, Kota Bandung, seorang pria paruh baya tampak menyusuri tepi kolam batu berbentuk huruf L. Dengan tangan menggenggam pakan ikan, ia menebarkannya ke permukaan air, disambut riang oleh ikan-ikan Koi yang menanti. Ia adalah Hartono Soekwanto, sosok legendaris dalam dunia ikan Koi Indonesia, bahkan internasional.

Dengan kemeja putih dan celana pendek, Hartono bukan sekadar memberi makan, ia sedang menyambung kenangan panjang yang bermula dari sebuah kolam kosong di rumah lamanya, hingga mengantarkannya meraih gelar juara dunia Nishikigoi pada 2011, dan Grand Champion “Nishikigoi Off the World” 2013 di Jepang, melalui seekor Koi jenis Kohaku bernama Mu-Lan Legend.

Baca Juga: DLH Bandung Siaga Sampah di Jalur Lomba Lari, Tiga Titik Jadi Fokus Utama

Awal Mula dari Hinaan dan Kolam Tak Terpakai

Perjalanan Hartono bermula tahun 2008, saat ia membeli rumah di Setrasari, Bandung. Di halaman rumah itu terdapat kolam kosong, yang ia putuskan untuk diisi ikan Koi dari pasar seharga Rp150 ribu.

“Teman-teman malah menghina. Katanya kolam sebagus ini diisi Koi lokal dari pasar,” kenangnya. Alih-alih patah semangat, hinaan itu menjadi api penyemangatnya. Ia memutuskan pergi ke Jepang, negeri asal Koi, untuk belajar langsung dari ahlinya.

Tak butuh waktu lama dalam dua tahun delapan bulan, Hartono berubah dari pemula menjadi juara dunia.

“Saya mungkin yang tercepat di dunia, dari belajar nama Koi sampai juara dunia,” ucapnya dengan senyum tenang.

Menikmati Koi, Menikmati Hidup

Baginya, memelihara Koi bukan hanya soal teknik, tapi tentang rasa. “Yang penting menikmati. Kita bahagia, ikannya bahagia, ya sudah,” katanya.

Hartono memahami bahwa Koi adalah makhluk sensitif. Suhu air, perubahan cuaca, dan suasana lingkungan memengaruhi perilakunya. Bandung, menurutnya, merupakan tempat ideal untuk memelihara Koi karena kondisi suhu yang relatif stabil tanpa harus menggunakan alat pendingin.

Ia berpesan pada para pemula: jangan mudah menyerah. Jangan terlalu terpaku pada cara Jepang. Temukan jalan sendiri, temukan “Indonesia way”.

“Terus lanjutkan, terus improvisasi. Jangan ikuti Jepang mentah-mentah. Kita punya cara sendiri, dan hasilnya bisa sama bagusnya,” tegasnya.

Mengangkat Derajat Petani Koi Indonesia

Meski telah berada di puncak dunia, Hartono tak berhenti di sana. Ia justru memilih berada di belakang layar, membina ratusan petani Koi di berbagai daerah dari Jawa Barat hingga Jawa Timur.

Ia tak menjual indukan, tapi justru memberikannya secara cuma-cuma agar para petani memiliki bibit berkualitas tinggi. Tujuannya? Agar Indonesia bisa dihargai di panggung dunia.

Usahanya membuahkan hasil. Selama lima tahun terakhir, petani Indonesia mulai menguasai podium, bahkan di kompetisi lokal, peserta dari Jepang tak lagi mendominasi. Tahun ini, misalnya, petani dari Kediri keluar sebagai juara di lomba bergengsi Jakarta.

Tak hanya prestasi, kualitas pun meningkat. Jika dulu hanya mampu membesarkan Koi hingga 55 cm, kini para petani sudah berhasil membesarkan ikan Koi hingga mencapai ukuran satu meter.

“Sekarang waktunya membantu petani mengejar ukuran yang lebih besar lagi. Kita harus terus mendorong kualitas dan ukuran lewat breeding,” ujarnya penuh semangat.

spot_img

Berita Terbaru