BANDUNG,FOKUSjabar.id: Teknologi biodigester yang dimiliki Pasar Induk Gedebage, Kota Bandung, masih belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, fasilitas ini mampu mengolah hingga 20 ton sampah organik per hari. Sayangnya, volume sampah yang masuk baru sekitar 4,6 ton per hari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Darto, menyampaikan bahwa kapasitas besar yang belum terisi ini membuka peluang untuk menampung sampah organik dari tempat lain.
Baca Juga: Pemkot Bandung Siapkan Strategi Hidupkan Kembali Teras Cihampelas Jadi Pusat Ekonomi Kreatif
“Produksi sampah di Pasar Gedebage baru sekitar 4,6 ton per hari, sementara kapasitas maksimalnya 20 ton. Artinya, masih ada ruang besar untuk dimanfaatkan oleh sampah organik dari lokasi lain,” ujar Darto, Selasa (15/7/2025).
DLH pun tengah menyusun strategi teknis penjemputan sampah dari pasar-pasar dan wilayah lain di Kota Bandung yang telah menerapkan pemilahan limbah organik dengan baik.
“Biodigester hanya bisa mengolah sampah organik murni. Kalau tercampur plastik atau non-organik, tidak bisa diproses. Jadi, penting untuk memilah sebelum dikirim,” jelasnya.
Darto menambahkan, keberhasilan pengolahan sampah organik di Gedebage ini bisa menjadi model yang direplikasi di pasar-pasar tradisional lainnya yang belum memiliki sistem pengolahan mandiri.
“Kalau ada pasar yang belum mampu mengelola sampah organiknya, Gedebage bisa jadi solusi. Tinggal nanti teknis pengangkutan yang kami atur,” tambahnya.
Untuk memastikan transparansi dan efisiensi operasional, DLH Kota Bandung telah melengkapi fasilitas tersebut dengan sistem pemantauan digital, termasuk sensor dan CCTV yang terhubung langsung ke kantor DLH dan Balai Kota.
“Sistemnya sudah online penuh. Kami bisa memantau volume sampah masuk dan hasil olahan setiap hari secara real time. Ini penting agar semua berjalan sesuai target dan efisien,” pungkas Darto.
(Yusuf Mugni)