BANDUNG,FOKUSJabar.id: Ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel semakin memanas. Kondisi tersebut akan berdampak terhadap perekonomian dunia. Salah satunya Indonesia.
Yang paling dikhawatirkan adalah wacana penutupan Selat Hormuz oleh Iran yang sudah pasti akan memberikan ancaman terhadap stabilitas energi dan ekonomi global.
BACA JUGA:
Maruarar Sirait Marah Saat Berkunjung ke Kantor Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Jawa II Yang Terbengkalai
Ekonom Indonesia, Burhanuddin Abdullah menyampaikan, Indonesia sebagai negara pengimpor minyak. Eskalasi ini dapat membawa dampak ekonomi yang sangat serius.
“Soal energi itu memang tidak mudah. Kita sudah mulai pakai biodiesel B35, tapi kita harus terus hitung-hitung lagi dampaknya. Perang yang terjadi di beberapa kawasan dunia bisa membuat harga gas dan bensin melonjak. Ini yang harus kita perhitungkan matang-matang,” kata Burhanuddin Abdullah, Kamis (26/6/2025).
Burhanuddin menyebut, saat ini arus perdagangan dunia mulai tersendat, investasi melambat dan suku bunga global cenderung naik seiring kebijakan moneter ketat di negara-negara maju. Termasuk Amerika Serikat.
“Dulu perdagangan sangat lancar, sekarang tidak lagi. Investasi dari negara-negara Timur Tengah yang biasanya deras juga mulai ditahan. Ditambah lagi, suku bunga naik, akibat kebijakan The Fed (Bank Sentral AS). Dampaknya, perekonomian global akan makin terasa ketat,” katanya.
Burhanuddin mengatakan, kondisi tersebut bukan hanya akan dialami bangsa kita. Melainkan semua negara di dunia.
BACA JUGA:
PNM Indonesia Ajak Generasi Muda Semangat Berwirausaha
“Semua negara pasti akan terdampak. Ini bukan semata-mata masalah Indonesia, tapi masalah global. Geopolitik sekarang menjadi persoalan kita bersama,” ucapnya.
Meski begitu, pihaknya meyakini jika Indonesia mampu memperkuat sektor pangan dan energi. Indonesia mampu menghadapi berbagai tantangan global dengan lebih tangguh.
“Kalau dua hal itu saja bisa kita bereskan. Pangan cukup, energi cukup selebihnya kita nggak perlu terlalu khawatir. Nilai tukar mau naik atau turun, silakan saja. Yang penting rakyat makan cukup, energi ada,” ungkapnya.
Burhanuddin juga menilai, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat dalam hal ketahanan pangan. Bahkan, dirinya menyebut Indonesia berpotensi mengalami surplus beras hingga 50 persen pada tahun ini. Dengan cadangan beras nasional diperkirakan mencapai 4 juta ton.
BACA JUGA:
Forgaki Indonesia Raya Gelar Rakornas Penguatan dan Peran Organisasi
“Pangan kita sekarang bagus sekali. Gudang-gudang penuh, stok beras sangat memadai. Ini pencapaian yang patut kita syukuri,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni/Anthika Asmara)