PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Ditengah derasnya arus hiburan modern, keberadaan seni tradisional seperti Wayang Golek kian terpinggirkan. Hal ini dirasakan langsung oleh Udis, seorang pengrajin wayang asal Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran.
Udis mengungkapkan, minat masyarakat lokal terhadap pertunjukan wayang maupun kerajinan patung Wayang Golek menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Debet Air Sungai Jadi Penyebab Banjir Pangandaran
“Sekarang, kalau ada hajatan, hiburannya lebih banyak dangdut, ronggeng, atau jaipong. Wayang Golek sudah hampir punah di sini,” ujarnya saat ditemui Jumat (30/5/2025).
Bergantung pada Pembeli Luar Negeri
Kondisi ini membuat pasar lokal semakin sempit. Udis kini mengandalkan penjualan ke luar negeri untuk mempertahankan profesinya sebagai seniman wayang. Menurutnya, sebagian besar pembeli kini berasal dari negara-negara seperti Belanda dan Prancis.
“Kalau orang Indonesia, yang beli biasanya orang tua-tua zaman dulu. Sekarang, anak muda sudah jarang yang tertarik,” katanya.
Harga satu unit patung Wayang Golek buatannya berkisar antara Rp1,2 juta hingga Rp2 juta, tergantung pada karakter dan tingkat kerumitan.
Ia menyebutkan bahwa proses pembuatan satu patung wayang memakan waktu sekitar dua minggu. Meskipun permintaan lokal menurun, Udis masih sempat kewalahan ketika mendapat pesanan besar dari luar negeri.
“Kemarin pas tahun baru sempat kebanjiran order, ada sekitar 40 patung pesanan dari Prancis,” kenangnya.
Hanya Dua Pengrajin yang Bertahan
Udis, yang telah menekuni kerajinan ini sejak 1984, mengungkapkan bahwa jumlah pengrajin Wayang Golek di Pangandaran kini tinggal dua orang saja.
“Pengrajin tinggal dua, yang bantu pemasaran juga cuma dua orang,” ujarnya.
Meskipun kondisi pasar domestik melemah, Udis tetap optimis dan berharap pemerintah maupun masyarakat bisa lebih peduli terhadap pelestarian seni budaya tradisional seperti Wayang Golek.
(Sajidin)