BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pemerintah Kota Bandung terus menggeber upaya penanganan sampah di Pasar Gedebage. Hingga Selasa pagi, 29 April 2025, proses pengangkutan telah mencapai sekitar 80 persen dari total volume sampah yang menumpuk.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, memastikan penanganan ini berjalan sesuai kesepakatan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Pasar Gedebage, insyaallah, sampai jam 4 pagi tadi, sudah hampir 80 persen sampahnya berhasil diangkut. Sesuai perjanjian, dalam dua hari ini kami targetkan total 70 ritase dari 120 rit selesai diangkut,” ujar Farhan, Selasa (29/4/2025).
Baca Juga: Atasi Parkir Liar, Pemkot Bandung Siapkan Pembangunan Gedung Parkir Bertingkat
Pengangkutan tersebut memanfaatkan ritase truk milik Kota Bandung. Dari total 140 ritase yang tersedia, sebanyak 35 rit digunakan, Senin (28/4), dan 35 rit lagi dijadwalkan pada hari berikutnya. Namun, kebijakan ini menyebabkan penundaan pengangkutan sampah di beberapa titik lain di kota.
Farhan pun meminta masyarakat untuk bersabar. Ia mengakui bahwa Bandung masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, termasuk keterlambatan pembangunan insinerator.
“Tahun ini target kita 15 insinerator, tapi baru empat yang rampung, dua lagi baru mulai dibangun. Sisanya masih sembilan yang harus dikebut hingga akhir tahun. Desain insinerator ternyata sangat tergantung kondisi daerah, jadi tidak bisa disamakan,” jelasnya.
Antisipasi Munculnya Lokasi Pembuangan Sampah Liar
Farhan juga mengumumkan akan mengeluarkan Instruksi Wali Kota kepada lurah dan camat untuk mencegah terbentuknya titik-titik pembuangan sampah liar.
Upaya pengurangan sampah juga dipercepat melalui program KBS (Kawasan Bebas Sampah) berbasis RW yang terintegrasi dengan gerakan Kang Pisman dan Buruan Sae.
“Target kami, hingga akhir 2025 ada 700 RW yang jadi KBS. Kalau tercapai, di 2026 seluruh RW di Bandung bisa bebas dari sampah,” kata Farhan. Dengan sistem ini, sekitar 30 persen sampah Kota Bandung ditargetkan bisa diolah langsung di tingkat RW.
Di sisi lain, Farhan juga menyoroti kondisi teknologi pengolahan sampah di Gedebage. Tiga alat utama—biodigester, mesin pencacah, dan instalasi RDF ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Setelah proses pengangkutan rampung dalam dua hari, di hari ketiga kita langsung mulai reinstalasi dan optimalisasi alat-alat itu,” tegasnya.
Terkait isu pungutan liar (pungli) dalam pengelolaan sampah Pasar Gedebage, Farhan mengonfirmasi bahwa kasusnya sedang ditangani oleh Polrestabes Bandung.
“Sudah masuk proses penyelidikan, jadi saya tidak bisa memberi banyak komentar soal itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, dugaan praktik serupa juga ditemukan di Pasar Ciwastra, yang sepenuhnya berada di bawah kewenangan Pemkot Bandung. Modusnya sama, yaitu pungutan kepada pedagang tanpa pengelolaan sampah yang memadai.
“Kalau di Ciwastra, kami tangani secara internal. Akan ada sanksi tegas bagi pihak yang terbukti melanggar,” tegas Farhan.
Saat ini, fokus utama Pemkot adalah membersihkan dua titik dengan volume sampah terbesar, yakni Pasar Gedebage dengan 1.120 meter kubik dan Pasar Ciwastra sebanyak 500 meter kubik. Sementara pasar-pasar lainnya di Bandung dinyatakan aman dari masalah serupa.
(Yusuf Mugni)