BANDUNG,FOKUSJabar.id: Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menuai sorotan setelah salah menyebut usia perayaan Konferensi Asia Afrika (KAA) saat mendampingi 14 Duta Besar negara-negara Uni Afrika dalam agenda Historical Walk KAA di Kota Bandung, Rabu (23/4/2025).
Dalam sambutannya, Farhan menyebut bahwa tahun ini merupakan peringatan 55 tahun Konferensi Asia Afrika. Padahal, secara historis, KAA pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955, yang berarti tahun ini seharusnya menandai 70 tahun sejak momen bersejarah tersebut digelar di Kota Bandung.
Baca Juga: Selesai di MA, Satpol PP Bongkar Burger Bangor Bandung
“Hari ini Kota Bandung kedatangan tamu-tamu istimewa bersama Pak Dirjen Hoda dari Kemendagri, bersama para duta besar dari negara-negara Afrika yang hadir untuk merayakan kembali 55 tahun Konferensi Asia Afrika,” ujar Farhan dalam sambutannya.
Blunder tersebut menjadi bahan pembicaraan berbagai pihak, terutama mengingat pentingnya peristiwa KAA dalam sejarah diplomasi Indonesia dan dunia. Kesalahan itu terasa janggal karena Farhan tampil sebagai pendamping resmi 14 duta besar dalam acara penuh simbolik tersebut.
Selain itu, banyak pihak menyayangkan pernyataan tersebut. Karena mencerminkan kurangnya perhatian terhadap nilai sejarah yang melekat erat dengan Kota Bandung kota tempat berlangsungnya KAA tahun 1955.
Momen Penting KAA di Kota Bandung
Namun demikian, agenda Historical Walk tetap berlangsung lancar. Farhan mengungkapkan, kunjungan para duta besar juga menjadi momen penting untuk melakukan koreksi atas beberapa detail fasilitas peringatan KAA di kota tersebut.
“Ada beberapa masukan penting dari para duta besar, seperti pembaruan bendera negara-negara Afrika yang sudah berubah. Ini sangat berharga dan akan kami tindak lanjuti, tentunya bekerja sama dengan Museum KAA dan Gedung Merdeka,” ujar Farhan.
Ia menambahkan, keberadaan fasilitas tersebut sangat penting sebagai sarana edukasi sejarah bagi masyarakat. Sekaligus memperkuat kembali semangat solidaritas Asia dan Afrika.
“Harapan saya, semangat dan edukasi mengenai KAA ini tidak hanya hidup di Bandung. Tapi juga bisa menyebar luas ke kota-kota lain di Indonesia. Karena memori KAA juga hidup di tempat-tempat lain,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni)