PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Di tengah modernisasi dan perubahan zaman, Darsu, seorang pengrajin golok tradisional asal Dusun Sidahurip, Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, masih setia menjaga warisan leluhurnya yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Darsu menuturkan bahwa usaha menempa golok yang ia tekuni saat ini sudah ada sejak tahun 1945, diwariskan secara turun-temurun dari buyutnya. Ia merupakan generasi keempat yang masih melanjutkan tradisi pandai besi ini.
Baca Juga: Buku “Nay dan Bunga Lotus” Diluncurkan di Majalengka, Kisah Insfiratif untuk Anak
“Dari dulu keluarga kami memang pengrajin golok. Saya mulai serius menekuni usaha ini sejak tahun 1970,” ujarnya, Jumat (18/4/2025).
Dahulu, menurut Darsu, di wilayah Pangleseran terdapat banyak pengrajin golok. Namun kini, hanya tersisa dua orang, dan salah satunya masih memiliki hubungan keluarga dengannya. Dunia pandai besi di kampung itu nyaris punah.
Proses Pembuatan Golok Tradisional
Darsu menjelaskan bahwa pembuatan satu buah golok membutuhkan waktu sekitar dua hari, mulai dari pemotongan bahan baku hingga pemasangan gagang dan sarung.
- Pemotongan Besi
Ia memulai proses dengan memotong per (pegas) bekas kendaraan sesuai ukuran golok, biasanya sepanjang 30 cm dan lebar 3 cm. - Pembakaran dan Penempaan
Potongan besi tersebut kemudian dibakar hingga memerah dan ditempa menggunakan palu untuk membentuk bilah golok. - Penghalusan
Setelah bentuk dasar terbentuk, tahap berikutnya adalah menghaluskan permukaan bilah menggunakan gerinda dan kikir. - Penyepuhan
Golok yang telah dibentuk dan dihaluskan kembali dipanaskan lalu langsung dicelupkan ke dalam air untuk memperkuat bilah—proses ini dikenal sebagai penyepuhan. - Perakitan
Terakhir, bilah golok dipasangi gagang (pegangan) dan sarung (serangka), sehingga siap digunakan.
Menurutnya, setiap tahapan memerlukan ketelitian tinggi agar menghasilkan golok berkualitas dan aman digunakan.
“Golok ini bukan hanya alat, tapi punya nilai seni dan sejarah. Saya ingin tetap melestarikannya,” tambah Darsu dengan semangat.
(Sajidin)