spot_img
Sabtu 12 April 2025
spot_imgspot_img

Tangani Kasus Gigitan Ular Berbisa, Bio Farma dan Dinkes NTT Gelar Workshop

BANDUNG,FOKUSJabar.id: PT Bio Farma bersama Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar workshop tingginya kasus gigitan ular berbisa di Indonesia.

“Kami terdorong untuk mengambil tindakan medis, termasuk dalam penyediaan berbagai serum anti bisa ular,” kata Kepala Departemen Manajemen Produk Nasional Bio Farma dr. Erwin Setiawan dalam workshop di Hotel Aston, Kupang, Rabu (9/4/2025).

Workshop bertajuk ‘Update on Snakebite Management in Indonesia’ ini menjadi pembuka rangkaian workshop serupa yangvakan digelar di kota lainnya.

BACA JUGA: Lagi, Bio Farma Buka Pendaftaran Mudik Gratis 2025

Menurut dia, penanganan yang cepat dan tepat bisa menekan angka kematian akibat gigitan ular. Pihaknya berharap kehadiran Bio Farma bisa menjadi solusi nyata bagi tenaga kesehatan di NTT.

Bio Farma
Gandeng Dinkes NTT, Bio Farma Gelar Workshop Penanganan Kasus Gigitan Ular Berbisa (ist)

Ada Tiga Species Ular Berbisa di NTT

Pakar toksinologi ular dr.Trimaharani mengatakan, penanganan awal yang sesuai terhadap korban gigitan ular sangat penting. Terlebih di wilayah NTT yang memiliki tiga species ular berbisa.

“Di NTT ada tiga jenis ular berbisa, yakni  Trimeresurus insularis (ular hijau), Daboeia russellii siamenensis (ular bandotan), dan Laticauda colubrina (ular laut). Serum yang dibutuhkan di wilayah ini adalah Hemato Polyvalent Antivenom, yang sudah didistribusikan oleh Bio Farma,”kataTrimaharani.

Jika korban gigitan ular menunjukkan gejala sistemik, kata dia, maka pemberian antivenom menjadi langkah krusial. Meski serum tersebut mampu menetralkan racun dalam tubuh, namun  pemakaiannya sesuai panduan ahli.

Data Indonesia Toxinology Society mencatat, ada  135 ribu kasus gigitan ular setiap tahun di  Indonesia. Dari angka tersebut, 10 persen berujung pada kematian.

“Data ini diperkirakan belum mencerminkan kondisi riil di lapangan,” kata dia.

Sementara itu, Kadinkes NTT drg. Lien Adriany menyebut program penanggulangan penyakit akibat gigitan hewan berbisa, masih baru dan sedang dikembangkan di NTT.

“Workshop ini sangat penting untuk menyamakan standar penanganan. Kami berharap tenaga kesehatan bisa meningkatkan keterampilan penanganan kasus gigitan ular berbisa,” kat Lien.

Untuk diketahui, workshop diikuti 100 peserta langsung dan 500 peserta daring. Para peserta terdiri dari dokter serta tenaga medis lainnya dari berbagai daerah di NTT.

Kegiatan ini juga mencakup sesi pelatihan langsung seperti teknik imobilisasi dan pertolongan pertama, dengan dukungan dari 4Life dan Teleflex.

(LIN)

spot_img

Berita Terbaru