PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Sebuah proyek kebanggaan yang menelan anggaran fantastis, Alun-Alun Pangbagea di Pangandaran, kini menjadi sorotan tajam. Alun-alun yang diresmikan dengan meriah oleh mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, pada tahun 2022 lalu, kini kondisinya memprihatinkan dan terkesan terbengkalai.
Menelan biaya sebesar Rp 24 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat, alun-alun yang seharusnya menjadi ruang publik modern dan multifungsi ini justru menjadi simbol kurang optimalnya tata kelola pemerintah daerah.
Kondisi ini mengundang keprihatinan dan kritik keras dari berbagai pihak, salah satunya adalah Komunitas Belajar Sabalad. Ketua Komunitas Belajar Sabalad, Dedi Supriatna, mengungkapkan kekecewaannya atas kondisi alun-alun yang terletak di Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran tersebut.
BACA JUGA: Aquarium Indonesia Pangandaran Targetkan 1.000 Pengunjung Per Hari
“Aneh! Padahal lokasi alun-alun Pangbagea ini jaraknya dekat dari kantor Bupati Pangandaran. Persis di muka kantor bupati, tapi kok bisa terbengkalai. Tata kelola Pemda Pangandaran sangat buruk, rakyat Pangandaran wajib mengkritisi,” kata Dedi.
Dedi menyoroti beberapa faktor utama penyebab terbengkalainya alun-alun ini. Salah satunya adalah masalah aksesibilitas. Lokasi alun-alun yang jauh dari jalur utama dan minimnya dukungan transportasi umum membuat tempat ini sulit dijangkau oleh masyarakat luas. Akibatnya, hanya warga yang memiliki kendaraan pribadi yang dapat memanfaatkannya.
“Ini sangat kontraproduktif dengan tujuan awal alun-alun dibangun sebagai ruang terbuka yang bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat,” ujarnya.
Ia menilai, kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah dengan dinas terkait dalam membangun infrastruktur pendukung menjadi salah satu akar permasalahan. Alhasil, alun-alun yang diharapkan menjadi pusat interaksi sosial justru terisolasi.
Lebih lanjut, Dedi juga menyoroti kondisi fasilitas alun-alun yang mulai rusak dan tidak terawat. Bangku taman, penerangan, dan fasilitas lainnya banyak yang rusak tanpa adanya pemeliharaan yang memadai. Kondisi ini membuat alun-alun terasa sepi, kumuh, dan minim penerangan, yang berpotensi memicu tindak kriminalitas.
“Tidak berlebihan jika kami sebut ini sebagai bentuk pembiaran dan ketidakpedulian yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Pangandaran terhadap keamanan dan keselamatan warganya sendiri yang berkunjung ke alun-alun tersebut,” ujarnya.
BACA JUGA: Lebaran Ceria di Aquarium Indonesia Pangandaran, Ada Hadrah Bawah Laut
Menurutnya, kondisi ini menunjukkan adanya permasalahan serius dalam perencanaan, minimnya pemeliharaan, serta kurang optimalnya pemanfaatan ruang publik.
“Pemerintah Kabupaten Pangandaran harus bertanggung jawab atas kondisi ini dan segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi permasalahan tersebut,” pungkasnya.
Kondisi terbengkalainya Alun-Alun Pangbagea ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah dan menyoroti pentingnya perencanaan yang matang, pengelolaan yang baik, serta komitmen untuk menjaga fasilitas publik agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.
(Sajidin/Anthika Asmara)