CIAMIS,FOKUSJabar.id: Operasi katarak di Ciamis menjadi solusi yang nyata untuk mengatasi permasalahan kebutaan. Mengingat peningkatan kualitas kesehatan berperan penting dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang lebih produktif dan berdaya saing.
Meskipun gangguan penglihatan dan pendengaran tidak mengancam nyawa, keduanya dapat menyebabkan disabilitas dan menurunkan kualitas hidup seseorang. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Panitia Penyelenggara Operasi Katarak, Edis Herdis, dalam pelaksanaan operasi katarak di Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (27/2/2025).
Baca Juga: Datangi DPRD, Honorer Satpol PP Ciamis Tuntut Keadilan dalam Seleksi PPPK
Edis menjelaskan disabilitas akibat gangguan penglihatan dan pendengaran berdampak besar terhadap produktivitas dan mobilitas penderitanya. Akibatnya, bukan hanya individu yang terdampak, tetapi juga keluarga, masyarakat, hingga negara.
“Gangguan penglihatan dan pendengaran masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global maupun nasional. Kondisi ini sering kali dianggap sepele karena tidak menyebabkan kematian langsung, padahal dampaknya bisa sangat serius, terutama jika berujung pada kebutaan atau ketulian,” ujarnya.
Pentingnya Kesehatan Indera Penglihatan
Menurut Edis, salah satu indikator utama kesehatan adalah kondisi indera penglihatan yang baik. Sekitar 83% informasi yang diterima manusia berasal dari penglihatan, yang berperan penting dalam adaptasi terhadap lingkungan, menjaga keselamatan diri, serta meningkatkan kualitas hidup.
“Indera penglihatan yang sehat memungkinkan seseorang untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai sektor pembangunan, kemudian meningkatkan produktivitas, serta berkontribusi dalam pengembangan SDM yang unggul,” tambahnya.
Angka Kebutaan di Indonesia
Berdasarkan data WHO, sekitar 45 juta orang di dunia mengalami kebutaan, dengan sepertiganya berada di Asia Selatan dan Tenggara. Indonesia termasuk negara dengan prevalensi kebutaan tertinggi di kawasan ini, dengan estimasi satu orang menjadi buta setiap satu menit.
“Masyarakat Indonesia cenderung mengalami katarak 15 tahun lebih cepat dari negara lain. Insiden katarak di Indonesia mencapai 0,1% atau sekitar 240 ribu kasus per tahun. Sayangnya, hanya sekitar 80 ribu penderita yang menjalani operasi setiap tahunnya, sehingga terjadi penumpukan pasien katarak,” jelas Edis.
Di Jawa Barat sendiri, angka kebutaan mencapai 1,1% dari total populasi, di mana 56% kasus penyebabnya katarak. Dengan jumlah penduduk sekitar 48,64 juta jiwa pada tahun 2022, jumlah penderita kebutaan akibat katarak cukup signifikan.
Tantangan dalam Operasi dan Penanganan Katarak di Ciamis
Edis mengungkapkan beberapa faktor menjadi penghambat dalam mengatasi kasus katarak di Indonesia, di antaranya keterbatasan tenaga medis. Kemudian fasilitas kesehatan mata yang belum memadai, serta tingginya biaya operasi akibat mahalnya bahan habis pakai seperti lensa tanam, benang, jarum, dan obat-obatan.
Dengan adanya operasi katarak massal seperti di PKM Panjalu, harapannya jumlah penderita kebutaan akibat katarak dapat berkurang secara signifikan. Sehingga masyarakat dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan produktif.
(Husen Maharaja/Irfansyahriza)