CIAMIS,FOKUSJabar.id:Desa Cibeureum, yang terletak di Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, bukan hanya dikenal dengan lokasi wisata mini ranch pengembangbiakan sapi Pasundan, namun juga menyimpan kekayaan budaya yang patut dilestarikan. Salah satu warisan budaya yang hingga kini tetap terjaga adalah kohkol, alat kentongan tradisional yang terbuat dari kayu, yang dikenal dengan nama Kohkol Kabuyutan oleh masyarakat setempat.
Kohkol, yang telah menemani kehidupan masyarakat Desa Cibeureum selama ratusan tahun, bukan hanya sekadar alat, tetapi juga simbol dari kearifan lokal. Dulu, kohkol memiliki peran yang sangat penting sebagai alat komunikasi darurat di masyarakat. Ketika terjadi peristiwa penting seperti kebakaran, kematian, bencana alam, atau bahkan ketika ada maling yang masuk kampung. Kohkol menjadi alat untuk memberi tanda kepada warga.
Baca Juga: Dapur Rumah Milik Sirun di Ciamis Tertimpa Pohon Kelapa
“Sejak dahulu, belum ada alat komunikasi modern seperti handphone. Maka, penggunaan kohkol sebagai penghubung informasi. Setiap ketukan memiliki simbol tertentu, misalnya ketukan tiga kali menandakan ada kematian. Sedangkan ketukan yang banyak mengindikasikan adanya tragedi seperti kebakaran,” jelas Aa Mulyana, Ketua Pengelola Objek Wisata di Desa Cibeureum.
Namun, seiring perkembangan zaman, fungsi kohkol sebagai alat komunikasi perlahan pudar. Beralih dengan penggunaan teknologi modern seperti sirine dan perangkat komunikasi pribadi. Meski begitu, masyarakat Desa Cibeureum tetap menghargai dan mempertahankan keberadaan kohkol sebagai bagian dari identitas budaya .
Nilai Historis Kohkol Kabuyutan Ciamisa
Menurut Aa Mulyana, Kohkol Kabuyutan bukan hanya alat komunikasi. Tetapi juga memiliki nilai historis dan spiritual yang mendalam bagi warga setempat. Bahkan, masyarakat percaya bahwa kohkol tersebut memiliki “penunggu” atau makhluk tak kasat mata yang berdiam di dalamnya. Sebuah cerita yang terus hidup dan menjadi legenda yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kohkol Kabuyutan kini menjadi bagian integral dari pergelaran budaya di Desa Cibeureum, seperti kegiatan Nyawang Bulan yang penyelenggaraannya setiap tahun. Acara ini tidak hanya melibatkan seniman dan budayawan lokal, tetapi juga masyarakat yang turut merayakan kekayaan tradisi dan budaya mereka.
“Kegiatan ini mencerminkan kekuatan budaya dan tradisi yang Desa Cibeureum miliki,” tambah Aa Mulyana.
Dengan adanya Kohkol Kabuyutan, Desa Cibeureum tidak hanya menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian warisan budaya leluhur. Tetapi juga memperkenalkan tradisi unik ini kepada generasi muda dan pengunjung yang datang. Melalui upaya ini, harapannya kohkol akan terus hidup, menjadi simbol kebudayaan yang tak ternilai harganya bagi masyarakat setempat.
(Husen Maharaja/Irfansyahriza)