Sabtu 4 Januari 2025

Makan Lokal Nusantara Sebuah Gagasan untuk Indonesia Hebat

 Oleh: Dr. H. Soviyan Munawar, MT

JAKARTA,FOKUSJabar.id: Tahun Baru 2025 akankah membawa kita pada realita getir? Semoga saja tidak. Mudah-mudahan Indonesia jauh dari krisis pangan yang mengintai.

Semoga juga Indonesia terbebas dari beban impor pangan yang tinggi yang telah menggerogoti keuangan negara.

Bagai “Nyieun Sumur di Pasir, teu Puguh Hasilna”  (Membangun Sumur di Pasir, Hasilnya tak Pasti).

BACA JUGA:

Bahas Produksi nOPV2, Kemenkes dan Gates Foundation Kunjungi Bio Farma

Politikus Indonesia, Pak Syarif Bastaman menyatakan, kita perlu perubahan besar. Artinya bukan hanya dari pemerintah tapi juga dari dalam diri kita.

indonesia fokusjabar.id
Pemerhati Pembangunan, Dr. H. Soviyan Munawar, MT

Gerakan “Locavore Indonesia,” menurut saya adalah langkah tepat. Bahkan jadi jalan nu caang (menjadi jalan yang terang benderang).

Istilah Locavore yang lahir dari kesadaran sejumlah ibu rumah tangga di kota besar seperti yang dijelaskan Pak Syarif menunjukkan bahwa konsumsi pangan impor bukanlah simbol status. Melainkan tanda ketidakpedulian terhadap lingkungan dan petani lokal.

Bayangkan, daging Kobe, salmon Norwegia, Kaviar Rusia. Sementara petani di desa berjuang keras menghidupi keluarga dengan hasil panen yang mungkin tak seglamour. Ini bukan soal harga diri semata, tapi soal keadilan dan keberlanjutan.

Gerakan Locavore Indonesia bukan sekadar tren, melainkan titipan karuhun (warisan leluhur) untuk menghargai kekayaan alam dan budaya kita.

Indonesia kaya akan kuliner lokal yang unik dan lezat. Mari kita telusuri kekayaan kuliner nusantara yang tersembunyi dari Sabang sampai Merauke.

Dari Aceh, kita bisa menikmati cita rasa Mie Aceh dengan kuah kari yang kaya rempah dan pilihan daging yang beragam.

Sumatera Utara menawarkan Bika Ambon, kue basah dengan tekstur lembut dan rasa manis legit. Di Sumatera Barat ada Rendang, hidangan daging sapi yang dimasak dengan rempah-rempah selama berjam-jam. Rasa pedas dan gurih Sambal Lalap khas Jambi akan menggugah selera.

BACA JUGA:

Kemkomdigi Berantas Peredaran Judi Online di Indonesia

Sementara Tempoyak dari Bengkulu dan Durian fermentasi yang unik bisa menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan.

Sumatera Selatan menyuguhkan Pempek, makanan olahan ikan yang kenyal dan disiram kuah cuko.  Lampung memiliki Seruit, makanan khas dari ikan dan berbagai sayuran.

Di Jawa, kita bisa mencicipi kelezatan Nasi Liwet Sunda, Gado-gado Betawi dan berbagai hidangan lainnya.

Dari Jawa Timur, mari kita cicipi kelezatan Pecel Madiun dengan sambalnya yang khas dan sayuran segar.

Di daerah Nganjuk, kita bisa menikmati Soto Nganjuk yang gurih dan berkuah bening.

Jombang menawarkan Nasi Pecel Pincuk, nasi pecel yang dibungkus daun pisang, praktis dan lezat.

Sementara di Mojokerto, kita bisa mencicipi Tongseng Sapi yang kaya rempah dan daging empuk.

Di Bali, Sate Lilit dengan bumbu rempahnya yang khas akan memanjakan lidah.

Nusa Tenggara Barat menawarkan Sate Rembiga, sate yang terbuat dari daging sapi atau kambing yang dibumbui rempah-rempah.

Nusa Tenggara Timur memiliki Se’i, daging asap yang lezat dan  Kalimantan menawarkan Soto Banjar yang gurih dan kaya rempah.

Selanjutnya Sulawesi menawarkan beragam kuliner. Seperti Bubur Manado dan Woku Belanga dari Minahasa.

Maluku terkenal dengan Papeda, makanan berbahan sagu yang unik.  Papua memiliki Papeda dan berbagai hidangan ikan dan sayur khas Papua.

Masing-masing memiliki cerita, sejarah dan rasa yang tak tertandingi.

BACA JUGA:

Prabowo Resmi Lantik Menteri Kabinet Merah Putih, Berikut Susunannya

Mengonsumsi pangan lokal berarti menghidupkan kembali tradisi, melestarikan kearifan lokal dan memberdayakan petani kita.

Ini adalah ngajaga lembur, ngajaga diri (menjaga kampung halaman, menjaga diri sendiri).

Tentu, perubahan tidak mudah. Kita perlu kampanye besar-besaran yang menjungkirbalikkan persepsi.

Makan lokal bukan berarti kuno atau ketinggalan zaman. Melainkan modern dan canggih.

Kita perlu tokoh-tokoh inspiratif yang menunjukkan bahwa menikmati makanan lokal adalah gaya hidup yang keren, sehat dan bertanggung jawab.

Seperti yang diutarakan Pak Syarif, jika gagasan ini didukung oleh publik figur dampaknya akan luar biasa.

Locavore Indonesia bukan hanya soal mengurangi impor tetapi juga soal membangun kemandirian pangan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa.

Dengan mendukung petani lokal, kita ngawangun masa depan anu gemilang (membangun masa depan yang gemilang).

Mari kita wujudkan mimpi ini bersama. Mulai dari meja makan kita sendiri.

Selamat Tahun Baru 2025. Semoga tahun ini menjadi awal perubahan menuju Indonesia yang lebih berdaulat dan sejahtera.

(Penulis adalah Pemerhati Pembangunan)

Berita Terbaru

spot_img