PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Sebanyak empat ekor Banteng Jawa dilepasliarkan di Cagar Alam Pananjung, Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (10/12/2024). Dua jantan dan dua betina tersebut diberi nama Uchi, Bindi, Senta, dan Bejo, dengan harapan menjadi simbol kebangkitan populasi satwa langka ini.
Keempat banteng ini memiliki latar belakang unik:
- Uchi lahir pada 31 Agustus 2011,
- Bindi pada 23 Juni 2018,
- Senta pada 8 Agustus 2017,
- Bejo pada 4 September 2017.
Mereka berasal dari Taman Safari Cisarua Bogor, Bali, dan Pasuruan, Jawa Timur. Reintroduksi ini menjadi bagian dari upaya besar untuk melestarikan dan menghidupkan kembali populasi Banteng Jawa di wilayah tersebut.
Baca Juga: Bocah di Pangandaran Tertabrak Motor, Ini Pengakuan Sang Ibu
Kebangkitan Populasi Banteng Jawa di Pangandaran
Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Raja Jaluli, mengungkapkan bahwa sejarah mencatat Pangandaran pernah menjadi rumah bagi populasi besar Banteng Jawa. Namun, letusan Gunung Galunggung pada 1982 menghancurkan ekosistem dan menyebabkan kepunahan lokal spesies ini. Penemuan tulang belulang terakhir Banteng Jawa di Pangandaran pada 2023.
“Reintroduksi ini bertujuan mengembalikan Banteng Jawa ke habitat aslinya di Pangandaran, sehingga masyarakat dapat menyaksikan keindahan satwa ini sekaligus mendukung pengembangbiakan mereka di Cagar Alam,” ujar Menteri Raja Jaluli.
Melakukan langkah ini harus secara hati-hati dengan melibatkan tenaga ahli. Pengawasan intensif menggunakan teknologi seperti CCTV untuk memastikan kesehatan dan keselamatan keempat banteng tersebut.
Daya Tarik Baru Wisata Pangandaran
Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, menyambut baik program reintroduksi ini. Menurutnya, kehadiran Banteng Jawa dapat menjadi daya tarik baru yang melengkapi pesona wisata Pangandaran.
“Wisatawan tidak hanya bisa menikmati keindahan pantai, tetapi juga menyaksikan Banteng Jawa di kawasan TWA Cagar Alam Pangandaran,” kata Jeje.
Jeje juga berharap dalam satu atau dua tahun mendatang, Banteng Jawa tersebut mulai berkembang biak, menandai langkah awal kebangkitan populasi mereka di habitat alami. Ia menyebut pelepasliaran ini sebagai “kado manis” di akhir masa jabatannya sebagai Bupati Pangandaran.
Komitmen Bersama untuk Pelestarian
Perwakilan dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) serta Balai Besar KSDA Jawa Barat pelepasliaran ini. Program ini tidak hanya bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Banteng Jawa, tetapi juga menciptakan kesadaran lebih luas tentang pentingnya konservasi dan pemeliharaan ekosistem.
Reintroduksi Banteng Jawa harapannya menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali keanekaragaman hayati di Pangandaran, sekaligus memperkuat daya tarik wisata alamnya.
(Sajidin/Irfansyahriza)