BANDUNG,FOKUSJabar.id: Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian mengimbau masyarakat untuk lebih aktif dalam upaya pemberantasan demam berdarah dengue (DBD). Hingga November 2024, tercatat sebanyak 7.310 kasus DBD terjadi di Kota Bandung.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandung, pada 2023 terdapat 1.865 kasus DBD dengan 8 orang meninggal dunia. Pada tahun 2024, kasus DBD mencapai 7.310, dengan rincian 7.280 pasien sembuh dan 29 orang meninggal dunia.
Menurutnya, peningkatan kasus DBD disebabkan faktor lingkungan. Banyak genangan air dan sampah yang tidak terangkut, terutama di musim hujan, menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak.
BACA JUGA: KPU Kota Bandung Gelar Rekapitulasi Suara Pilkada 2024 dengan Transparansi
“Jika sampah dibiarkan menumpuk, ditambah hujan setiap hari, maka potensi penyebaran DBD semakin besar,” kata Anhar Jumat (6/12/2024).
Oleh karena itu, Dinkes Kota Bandung menggalakkan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSM) dan mengimbau setiap rumah memiliki satu juru pemantau jentik (jumantik).
“Kami dorong gerakan satu rumah satu jumantik. Jangan hanya mengandalkan petugas puskesmas. Di kantor-kantor juga perlu ada petugas khusus untuk memeriksa jentik nyamuk,” katanya.
Selain itu, program Wolbachia juga telah diterapkan di dua lokasi di Bandung yakni Kecamatan Ujungberung dan Kiaracondong sebagai upaya jangka panjang untuk mengendalikan populasi nyamuk pembawa virus Aedes aegypti.
“Program Wolbachia ini Insya Allah berjalan, tapi memang hasilnya jangka panjang, mungkin sampai 12 tahun lagi,” ujarnya.
BACA JUGA: Jaga Stabilitas Harga Jelang Nataru, Disdagin Kota Bandung Gelar Bazar Murah di Enam Titik
Anhar berharap, masyarakat lebih sadar akan pentingnya pencegahan DBD melalui kebersihan lingkungan dan deteksi dini.
“Gerakan PSM dan jumantik harus menjadi kebiasaan sehari-hari. Dengan upaya bersama, kita bisa menekan angka kasus DBD di Kota Bandung,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni/Anthika Asmara)