BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pascaterbunuhnya petinggi Hamas Palestina Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar oleh kelompok tentara Zionis Israel menjadikan perang kedua negara semakin mengganas.
Perang Israel-Palestina bukan hanya berkecamuk di kedua negara, akan tetapi rudal-rudal Israel pun kini sudah dilesakkan ke beberapa negara seperti Iran, Lebanon dan Irak yang dipandang Israel sebagai negara penyokong persenjataan para pejuang Hamas Palestina.
BACA JUGA:
Militer Israel Selamatkan 2 Sandra di Rafah, 67 Orang Tewas!
Alhasil, fenomena ini turut mengubah peta situasi menjadi perang besar yang melibatkan berbagai negara lintas benua.
Situasi perang Israel-Palestina yang kian membara tidak bisa dipandang enteng. Pasalnya, perang tersebut tak menutup kemungkinan dapat mengundang atau menjadi pemicu meletusnya perang dunia ke-3.
Kekhawatiran ini kata Sultan Patrakusumah VIII Rohidin, patut dipikirkan dan direngkan secara jernih dan komprehensif. “Perang dunia ke-3 terjadi, imbasnya luar biasa,” kata Rohidin, sang pegiat cagar budaya Kesultanan Selacau, Kabupaten Tasikmalaya.
Kekhawatiran Sultan tentang perang Israel-Palestina yang tengah berlangsung tidaklah berlebihan. Sebagai pengamat politik dan budaya, dirinya sudah dapat menganalisis betapa berbahayanya perang ini jika dibiarkan tanpa ada upaya serius untuk mengenghentikan perang tersebut.
Perang kedua negara yang diawali 7 Oktober 2023 sebagai perang opensisif/defensif, nyatanya IDF Israel menggempur Palestina hingga banyak menelan korban masyarakat sipil yang tak berdosa.
Perang Israel-Palestina sudah berjalan setahun lebih. Namun, tanda-tanda ke arah perdamaian belum tampak. Alotnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghentikan perang memberikan sebuah isyarat jika perang Israel-Palestina sarat muatan politik yang melibatkan para pemimpin dunia.
BACA JUGA:
Israel Akan Ubah Jalur Gaza Jadi Zona Demiliterisasi!
“Saya menduga kuat perang Israel-Palestina dijadikan alat untuk menyetel ulang geopolitik dan ekonomi oleh beberapa pemimpin negara di dunia,” kata dia.
Manakala perang Israel-Palestina sudah disusupi negara lain demi kepentingan politik dan ekonominya, tentu saja persoalan perang sulit untuk di atasi. Bahkan, genjatan senjata yang dipandang dapat mewujudkan keadilan dan perdamaian (sementara) sangat sult untuk diberlakukan.
Salah satu cara atau solusi yang dianggap jitu dalam mengatasi persoalan ini menurut Rohidin, Pertama, perlu dilakukan kontruksi hukum, kontruksi keadilan, dan kontruksi harmoni. Dalam pangadangannya tiga kekuatan kontruksi ini tentunya dapat menyelesaikan konflik Israel dan Palestina.
Kemudian, solusi kedua, bisa dilakukan secara radikal dengan cara menangkap semua pemimpin perang baik dari Israel (Netanyahu) dan para pemimpin Hamas Palestina, kemudian Mahkamah Kejahatan Dunia (ICC/ICJ) dan diperkuat DK-PBB melakukan audit asal usul keuangan, dan senjata dari kedua belah pihak. Dengan cara seperti ini perdamaian akan didapat, dan sistem onelaw one justice akan terwujud.
“Melalui solusi kedua ini kewibawaan ICC terjaga, dan tidak bisa dilecehkan negara manapun, termasuk Israel,” imbuh Rohidin.
Solusi yang disodorkan Rohidin, dalam mengatasi konflik Israel-Palestina bukanlah solusi kaleng-kaleng. Solusi ini muncul dari fakta sejarah Belanda (VOC) melalui kekuatan guildennya mampu menjajah Nusantara selama ratusan tahun.
BACA JUGA:
Ketua DPRD Pangandaran Minta Pemerintah Indonesia Ambil Langkah Soal Perang Israel-Palestina
Setelah perang dunia kedua usai dilakukan audit perang oleh mahkamah kejahatan dan hasilnya memutusakan bahwa Ratu Winhelmina dan Ratu Juliyana ditetapkan bersalah.
“Uang guidennya disatukan dengan mata uang Euro. Saya kira rujukan sejarah ini dapat dilakukan dalam menyelesaikan konflik Gaza Palestina dan Israel,” pungkas Sultan Rohidin.
(Dono Darsono/LIN)