Senin 6 Januari 2025

Dinkes Ciamis Atasi Stunting Dengan Penguatan Sistem dan Kolaborasi

CIAMIS,FOKUSJabar.id: Kasus stunting di Kabupaten Ciamis ada di angka 4,1 persen di bawah target Nasional yakni 6 persen.

Hasil tersebut merupakan progres upaya Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ciamis. Dalam menekan jumlah kasus melalui penguatan sistem dan upaya interfensi spesifik dan sensitif dari Pemerintah Ciamis bersama keterlibatan element masyarakat.

Berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) merujuk data Dinas Kesehatan (Dinkes) Ciamis, saat ini total bayi yang masih stunting sebanyak 2834 atau 4,07 persen.

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Ciamis, dr Eni Rochaeni dalam interfensi spesifik upaya sosialisasi beriringan dengan penguatan fasilitas kesehatan yang ada.

Setiap ibu hamil di Kabupaten Ciamis minimal harus menjalani 6 kali pemerikasaan kesehatan. Melalui program Pengawalan dan Perhatian khusus Untuk Bayi, Balita dan Ibu dengan Cinta (Pawang Hati Bucin).

Dr Eni menjelaskan, program tersebut merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bayi, balita, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas menyusui dengan Cinta.

Progres Evaluasi Setiap Minggu, Untuk Penanganan Stunting di Ciamis

Setiap ibu hamil langsung mendapat pendataan dan masuk dalam aplikasi e-kohort. Kemudian mendapat tindak lanjut evaluasi setiap minggu untuk tindakan sesuai metode yang telah disiapkan.

Dalam penguatan kualitas fasilitas pelayanan, kurang lebih 50 persen dokter di Ciamis telah terlatih melakukan ultrasonografi (USG).

Semua nutrisionis di Ciamis sudah bersertifikat. Terlebih sebanyak 1614 Posyandu di Ciamis sudah memiliki atropometri (alat timbang ukur balita) yang berkualits. Kemudian sebanyak 1105 kader Posyandu sudah bersertifikat.

“Di setiap puskesmas ada tim, mulai dokter, nutrisionis (ahli gizi), bidan, surveler (penganalisa) dan sanitarian. Tahun ini kita targetkan seluruh dokter dan fasiltas mencakup Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga ahli kesehatan di Kabupaten Ciamis telah siap 100 persen,” ucap dr Eni, Rabu (7/8/2024).

Dr Eni melanjutkan, kemudian upaya interfensi sensitif yang melibatkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan element masyarakat.

4 Permasalahan Gizi Buruk

Dalam hal ini ada 4 masalah gizi buruk yang harus menjadi perhatian Pemerintah. Termasuk seluruh elemen masyarakat dalam mewujudkan upaya respon cepat dalam hal penanganan permasalahan gizi di tengah masyarakat.

Weight faltering adalah gangguan pertumbuhan pada bayi yang memiliki tanda dengan berat badan berada di bawah rata-rata atau di bawah standard kurva tinggi badan untuk usia WHO.

Wasting merupakan sebuah kondisi ketika seorang anak memiliki berat badan rendah sehubungan dengan tinggi badannya. Seorang anak kurus memiliki berat badan rendah namun tinggi yang cukup.

Stunting adalah kondisi medis di mana seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Tubuh mereka tidak dapat mencapai ketinggian yang layak seperti anak-anak seusianya. Kondisi ini penyebabnya dari gizi buruk atau malnutrisi.

Underweight, kondisi ini terjadi ketika seseorang memiliki berat badan terlalu rendah untuk seusianya. Mengutip Nmamilife.com, kekurangan berat badan dapat mengakibatkan melemahnya sistem kekebalan tubuh serta membuat seseorang yang underweight cenderung selalu merasa lelah dan lesu.

Dr Eni menegaskan, masyarakat harus memahami dan kenali permasalahan gizi ini, sehingga menjadi keperdulian bersama. Demi menjaga dan menciptakan generasi Bangsa yang sehat.

“Tentu dengan kolaborasi bersama, semua elemen akan bergerak cepat dalam menyelesaikan permasalahan gizi. Terutama masalah Stunting,” pungkas dr Eni.

(Irfansyahriza)

Berita Terbaru

spot_img