TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Bank Indonesia (BI) mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga pengendalian inflasi di daerah, dengan menyalurkan bantuan program Pengembangan Ayam Rancage (Paranje) Kota Tasikmalaya.
Program Pranje ini disalurkan kepada tujuh kelompok tani di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, diantaranya Kelompok Tani Sinar Jaya, Taruna Tani Mekar Jaya, Mekar Bakti, Taruna Tani Mewangi Mandiri, Tani Sukamekar II, Taruna Tani Berkobar, yang disaksikan langsung Deputi Direktur Bank Indonesia Laura Rulida Eka Putri Sari.
Paranje sendiri merupakan Inovasi baru Pemkot Tasikmalaya bersama Bank Indonesia Perwakilan Tasikmalaya dalam meningkatkan pasokan daging di masyarakat khususnya daging ayam di Kota Tasikmalaya.
BACA JUGA: Pilwalkot Tasik, DPP PKB Terbitkan SK untuk Yanto Aprianto Oce
“Bantuan ini untuk memperluas pengembangan Ayam Rancage, daging ayam dengan demikian, produksi daging ayam bisa meningkat sehingga tidak kekurangan dan harga pun bisa stabil,” kata Aswin Kosotali Kepala Bank Indonesia Perwakilan Tasikmalaya.
Ia mengaku, program Paranje ini mampu menghasilkan daging ayam yang berkualitas baik dan menyumbang ketersediaan pangan bagi masyarakat.
“Kalau ketersediaan pangan mencukupi, ini tentu akan menjaga harga tetap stabil dan inflasi juga terjaga dengan demikian, daya beli masyarakat pun meningkat,” ujarnya.
Aswin menuturkan, salah satu komoditas pangan penyumbang inflasi yakni pangan daging yang stoknya kekurangan sehingga, pengembangan Ayam Rancage ini dapat mengatasi Inflasi di Kota Tasikmalaya.
Sementara Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah mengatakan, bantuan sarana prasarana bagi kelompok Tani ini, tentu akan berdampak terhadap semangat para Petani untuk pengembangan Ayam Paranje di Kawalu Kota Tasikmalaya.
“Sebelumnya sudah berjalan tiga kelompok Tani di wilayah Purbaratu, sekarang Bank Indonesia kembali membantu pengembangan ke tujuh kelompok Tani ini sangat bagus karena, semakin banyak petani untuk melakukan pengembangan Ayam Rancage,” katanya.
Cheka mengaku, program Paranje ini dapat mengatasi sejumlah persoalan yang dihadapi Pemerintah daerah salah satunya masalah sampah.
“Dari peternakan Ayam Rancage ini, selama proses pembibitan hingga panen menghabiskan hingga 7,5 ton sampah organik untuk Maggot sebagai bahan pakan non pabrikan, ini luar biasa,” ujarnya.
BACA JUGA: Dorong Pengembangan Industri Kosmetik, Krista Exhibitions Kembali Gelar Pameran IndoBeauty Expo 2024
Dijelaskan, Pengembangan Ayam Rancage ini bisa dilakukan di lahan terbatas (mini closed house) dengan pemanfaatan teknologi modern.
“Program Paranje yang terus dikembangkan ini, menjadi solusi alternatif untuk mengatasi sejumlah permasalahan, mengatasi inflasi, masalah sampah, stunting, pengangguran, kemiskinan termasuk meningkatkan daya beli dan pertumbuhan ekonomi masyarakat,” kata dia.
(Seda/Anthika Asmara)