BANDUNG,FOKUSJabar.id: PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin menegaskan jangan ada yang melakukan tindak dan perundungan dalam pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) jenjang SMA/SMK/SLB negeri dan swasta se-Jabar tahun ajaran 2024-2025.
Bey mengatakan, semua pihak di dunia pendidikan harus berkomitmen menghilangkan tindakan perundungan baik secara fisik maupun ucapan.
“Saya ingin pada MPLS ini semua siswa baru bergembira dan tidak tegang. Bangun karakter yang kuat kepada siswa baru dan tanamkan sejak awal nilai-nilai kejujuran dan bertanggung jawab,” kata dia.
BACA JUGA: PPDB Jabar, Bey Machmudin: Jangan Paksakan Siswa Masuk Ke Sekolah Favorit
Para siswa baru yang mengikuti MPLS merupakan peserta yang telah dinyatakan lulus PPDB 2024 baik melalui jalur zonasi maupun prestasi.
“Untuk siswa dari jalur zonasi saya sarankan ke sekolahnya bisa jalan kaki supaya lebih sehat karena itu adalah salah satu tujuan dari jalur zonasi,” ujar Bey.
Dari laporan yang disampaikan Plh Kepala Dinas Pendidikan Jabar, pelaksanaan PPDB 2024 jenjang SMA, SMK, dan SLB negeri dan sebagian swasta yang terintegrasi di Jabar telah menerima 302.713 calon peserta didik (CPD) dari 544.324 pendaftar.
Rinciannya, untuk SMA negeri telah diterima sebanyak 173.995 CPD dari 308.222 pendaftar.
Untuk SMK negeri telah diterima sebanyak 116.672 CPD dari 227.639 pendaftar.
Sedangkan untuk SLB negeri telah diterima sebanyak 1.106 CPD dari 1.117 pendaftar.
277 Peserta PPDB Dianulir
Bey mengungkapkan, selama periode PPDB, pihaknya telah menganulir sebanyak 277 pendaftar.
Rata-rata dianulir setelah kedapatan memanipulasi data tempat tinggal sebanyak 223 pendaftar, yang dianulir pada PPDB tahap I. Kemudian 54 pendaftar dianulir di tahap II.
BACA JUGA: Bey Machmudin Dorong Peningkatan Volume Ekspor Kopi dan Kakao Jawa Barat
Bey mengaku kecewa karena jumlah yang dianulir cukup besar. Namun pihaknya harus tetap menegakkan aturan yang telah ditetapkan.
Ia berharap PPDB tahun depan bagi para pendaftar, khususnya orang tua tidak ada lagi yang memanipulasi data dan harus patuh pada aturan.
“Kami sebetulnya sedih, mengapa orang tua harus mengambil langkah kecurangan agar anaknya diterima. Kami harap tahun depan tidak ada lagi kecurangan sehingga kami tidak perlu menganulir,” kata Bey.