spot_img
Rabu 26 Juni 2024
spot_img
More

    Soal Fenomena Siswa SD Sayat Tangan Sendiri, FP3 Kota Banjar: Ini Tanda Bahaya

    BANJAR,FOKUSJabar.id: Ketua Forum Pemuda Peduli Pendidikan (FP3) Kota Banjar Dicky Agustaf memberi tanggapan mengenai adanya fenomena bocah yang menyakiti diri sendiri akibat mengikuti trend di media sosial.

    Sebagaimana diketahui, sebanyak 16 orang siswa siswi di Kota Banjar, Jawa Barat nekat melakukan aksi menyayat tangannya sendiri dengan menggunakan pisau kater dan pecahan beling.

    Baca Juga : Ikuti Konten Medsos, Belasan Siswa di Kota Banjar Sayat Tangan Sendiri

    Dicky mengingatkan bahwa hal ini harus menjadi sinyal bahaya bagi orang tua dimana mereka harus terus mengawasi serta mewaspadai dampak dan resiko adopsi digital saat anak-anak menggunakan media sosial berlebihan.

    “Ini menjadi sinyal bahaya untuk pendidikan kita, kita sebagai orang tua harus awasi anak-anak kita takutnya mereka melakukan selfharm atau menyakiti dirinya sendiri,” katanya, Rabu (5/6/2024).

    Ia mengatakan belakangan ini banyak remaja melakukan self harm yang kemudian memamerkannya ke media sosial. Mereka terjebak oleh rasa frustasi, dan rasa ingin menyerah untuk hidup. 

    Tren anak-anak menyakiti diri sendiri dengan cara menyayat tangannya menggunakan silet atau benda tajam lainnya. Apabila kebiasaan ini diteruskan, tentu sangat berbahaya bagi kesehatan fisik dan jiwa mereka.

    Namun apa yang terjadi saat ini seperti nya sedikit berbeda karena ini terjadi pada anak anak usia sekolah dasar. Dicky mengatakan tingkat stress dan frustasi mereka bisa dibilang masih dalam kategori rendah.

    “Kami sudah coba mencari tahu alasan kenapa anak-anak melakukan hal itu. Ternyata mereka lebih terjebak oleh trend gaya hidup yang mereka dapat informasinya dari sebuah aplikasi medsos.” katanya.

    FP3 Kota Banjar Ajark Semua Elemen Menghidupkan Budaya Gotong Royong

    Meski demikian kejadian ini sudah seharusnya menjadi perhatian serius. Agar yang bersangkutan tidak berkelanjutan melakukan hal yang sama. Kemudian juga tidak menyebar sehingga bisa segera ada langkah antisipasi lebih dini guna mencarikan sebuah solusi nya.

    “Kita harus mencari solusinya dengan gotong royong. Budaya gotong royong di dunia pendidikan itu harus kembali hidup agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi,” tegasnya.

    Menurut Dicky kejadian ini sudah banyak terjadi dan yang melakukannya itu anak-anak sekolah. “Ini menjadi sebuah pertanyaan besar,ada apa dengan pendidikan?mana hasil dari pendidikan itu?,” tanyanya.

    Hal ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak. Masalah pendidikan adalah masalah bersama.

    “Maka kembali saya sampaikan. Mari kita gotong royong untuk mengawasi dan emajukan dunia pendidikan agar hak seperti ini tidak terjadi kembali,” pungkasnya.

    (Budiana Martin/Irfansyahriza)

    Berita Terbaru

    spot_img