TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id : Dosen bersama sejumlah Mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya fakultas kesehatan masyarakat (Kesmas) melakukan tugas akademik melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat
Pengabdian Mahasiswa Unsil merupakan tugas kampus melalui program Peningkatan Kesehatan Masyarakat dengan tema Optimalisasi Participation Hygiene And Sanitation Transformation (PHAST) Sebagai Upaya Pencegahan Kasus Stunting
Dalam pengabdiannya yang difokuskan di wilayah Kec.Cihideung Kota Tasikmalaya, mahasiswa yang terdiri dari Ripal Anwar Awaludin, Reyhandra Habib Yanuar dan Audry Putri Fasya, dengan didampingi sejumlah dosen pembimbing, turun ke lapangan memberikan edukasi masalah kesehatan dan stunting di masyarakat
Dosen Pembimbing Pengabdian Mahasiswa Nissa Noor Annashr mengatakan, aksi mahasiswa Unsil fakultas Kesehatan Masyarakat, sebagai bentuk dukungan untuk mengatasi sekaligus pencegahan kasus stunting di masyarakat
“Pengabdian kepada masyarakat, merupakan tugas akademik para mahasiswa. Dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Tasikmalaya,”ungkap Nissa Noor Annashr Jumat (17/05)24)
Ia menjelaskan, kali ini, mahasiswa Kesmas Unsil menyoroti masalah kasus penyakit stunting. Khususnya di wilayah Cihideung Kota Tasikmalaya yang masih tinggi.
“Kegiatan pengabdian dilakukan di Aula Madrasah Baiturrahman Cihideung. Dari hasil pertemuan, ternyata di wilayah Kec. Cihideung sebanyak 289 balita terindikasi mengalami stunting, ini data tahun 2023 lalu,”ujarnya
Ia pun menjelaskan, tingginya Kasus Stunting di masyarakat khususnya di wilayah Cihideung tentu tidak terlepas dari pola hidup dan perilaku warganya dalam menjaga sanitasi lingkungan
“Kota Tasikmalaya tertinggi Ke-9 kasus stunting, dari 27 Kota/Kabupaten yang ada di Jawa Barat. Mengatasi ini harus bersama dan perlu cara pencegahan agar kasus stunting dapat ditekan,”ujarnya.
Upaya Analisa Mahasiswa Unsil Tasikmalaya
Nissa menuturkan, selain dari faktor kurangnya kecukupan gizi, kasus stunting juga terpengaruh kurang pemahaman terhadap sanitasi lingkungan. Berupa jamban yang layak dan higienis.
“Masyarakat kita masih kurang pemahamannya tentang kesehatan sanitasi lingkungan. Mereka masih hobi membuang kotoran (BAB) di sembarang tempat seperti ke selokan, sungai maupun di kolam, limbah cair ini. Tentu berbahaya karena dapat mengkontaminasi air atau lingkungan yang menyebabkan infeksi pada anak yang menyebabkan stunting,”imbuhnya
Ia menambahkan, intervensi sensitif stunting ini perlu agar masyarakat bisa semakin sadar dan paham terhadap kesehatan dan sanitasi lingkungan
“Saat kegiatan pengabdian, diawali pre-test untuk mengetahui gambaran awal mengenai pengetahuan masyarakat terkait sanitasi lingkungan dan stunting. Kemudian penyampaian materi, dengan penayangan video, lalu brain storming (curahan pendapat). Hal itu guna mengidentifikasi masalah sanitasi yang terjadi di sekitar tempat tinggal warga. Termasuk melakukan analisa dampak yang akan terjadi bilamana masalah ini terus terjadi,”terangnya
Pihaknya pun berharap, melalui kegiatan pengabdian kesehatan wawasan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan lingkungan semakin meningkat. Demi mewujudkan generasi sehat dan bebas stunting melalui perilaku hidup bersih.
(Seda/Irfansyahriza)