spot_img
Kamis 2 Mei 2024
spot_img
More

    Ini Kata Apindo Soal Perusahaan Padat Karya di Jabar Banyak Tutup

    BANDUNG,FOKUSJabar.id: Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat mencatat banyaknya perusahaan-perusahaan padat karya di Provinsi Jawa Barat yang tutup atau relokasi ke provinsi lain. Kondisi ini dinilai cukup kontradiktif ditengah potensi luar biasa yang dimiliki Jawa Barat.

    Ketua DPP Apindo Jabar, Ning Wahyu Astutik mengatakan, Jabar memiliki realisasi investasi tertinggi dibanding provinsi lain dengan nilai investasi Rp174,58 trilyun atau sekitar 14,46 persen dari total investasi nasional di tahun 2022. Namun dibalik tingginya realisasi investasi tersebut, terjadi penurunan daya serap tenaga kerja dibanding beberapa tahun sebelumnya.

    “Kondisi ini akibat dari investor yang masuk lebih banyak padat modal dengan tehnologi digital dan otomation sehinggga mau tidak mau Jabar pun harus bertransformasi ke industri padat modal, digital dan tekhnologi tinggi,” kata Ning kepada wartawan, Minggu (10/12/2023).

    Namun untuk saat ini, lanjut Ning, kualitas pekerja dan pencari kerja dengan background paling tinggi jumlahnya di Jabar adalah lulusan SD, diikuti SMA/K, SMP, dan Perguruan Tinggi. Kondisi inilah yang membuat industri padat karya di Jabar masih sangat dibutuhkan dalam masa transformasi ini.

    Berdasarkan data yang dimiliki, jumlah angkatan kerja di Jabar di tahun 2023 mencapai 25,3 juta orang dengan lulusan SD mencapai 10 juta orang lebih. Kemudian jumlah pengangguran di Jabar pada tahun 2023 sendiri mencapai 2 juta orang lebih dengan kualifikasi pendidikan tertinggi adalah SMA/K sebanyak 914 ribu orang dan SD sebanyak 532 ribu orang.

    “Kondisi inilah yang membuat Jabar masih membutuhkan industri padat karya. Tapi dibalik itu, industri padat karya memiliki persaingan yang luar biasa. Bukan saja antar negara bahkan antar provinsi dan yang lebih utama dari sisi upah. Dengan melemahnya pasar dan persaingan ketat, buyer akan memilih produsen dengan biaya termurah atau yang paling kompetitif,” Ning menuturkan.

    Di Provinsi Jabar, kata Ning, industri-industri padat karya banyak muncul di kota atau kabupaten dengan upah yang relatif tinggi. Hal tersebut yang memicu banyaknya relokasi ke daerah lain dengan upah yang lebih kompetitif dan infrastruktur yang juga lebih menunjang sehingga mengurangi biaya produksi.

    “Salah satunya relokasi perusahaan padat karya di Jabar ini banyak ke wilayah Jateng dan bagi perusahaan yang tidak sanggup bertahan maka ya tutup permanen. Di tahun 2023 saja, berdasarkan catatan yang kami punya, ada sekitar 5 perusahaan alas kaki dan garment yang tutup atau relokasi di daerah Karawang, Kabupaten Sukabumi, Purwakarta, dan Bogor dengan jumlah pekerja mencapai sekitar 15 ribuan,” Ning memaparkan.

    Dengan kondisi tersebut, Ning berharap dilakukan pemerataan di daerah yang secara upah masih kompetitif sehingga mampu mencegah pengusaha untuk tidak me-relokasi perusahaannya keluar Jabar. Para kepala daerah di Jabar pun diharapkan paham dengan situasi dan kondisi tersebut sehingga bisa berkolaborasi dengan para stakeholders untuk meyakinkan pengusaha tidak melakukan relokasi.

    “Karena kalau relokasi ini kembali terjadi, banyak pihak yang akan dirugikan. Pemerintah dirugikan, pekerja dirugikan, termasuk pengusaha yang menanggung banyak kesulitan. Kami lebih menekankan diciptakannya kondusivitas dunia usaha, termasuk di dalamnya kepastian dan ketaatan hukum terkait pengupahan,” Ning menegaskan.

    Salah satu solusi yang bisa dilakukan, lanjut Ning, yakni mulai harus fokus pada sektor pariwisata, ekonomi kreatif dan UMKM meski semua itu membutuhkan proses dan belum mampu menyerap tenaga kerja yang di layoff oleh industri padat karya. Fokus lainnya yakni pada pengembangan SDM sehingga mampu bekerja atau terserap di sektor industri dengan sistem digital dan tehnologi tinggi yang saat ini sudah mulai masuk di Jabar.

    “Kami dari Apindo siap membantu pemerintah melakukan mapping kebutuhan SDM di industri-industri yang berinvestasi di Jabar. Potensi Jabar ini luar biasa besar, namun harus dikelola dengan baik melalui kerjasama multi helix sehingga bisa meraih tujuan sesuai harapan menuju Jabar Juara, Jabar berkah, Jabar Hebat, Jabar Luar Biasa,” kata Ning.

    (Ageng)

    Berita Terbaru

    spot_img