CIAMIS,FOKUSJabar.id: Sejumlah warga di Dusun Sukadana Desa Sukawening Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis resah karena diteror gerombolan monyet.
Gerombolan hewan tersebut masuk perkampungan dan merusak tanaman warga.
Menurut Titi (45) warga Dusun Sukadana, beberapa waktu terakhir ini kampungnya yang berada di kawasan hutan Gunung Sawal sering disatroni gerombolan monyet.
BACA JGA: Ratusan Warga Ranjirata Ciamis Tasyakur Bi Nikmat HUT RI
“Sekali datang ke perkampungan berjumlah 50-100 ekor,” katanya, Senin (21/8/2023).
Titi menuturkan, memang sejak satu tahun yang lalu gerombolan Kera tersebut sudah ada. Namun tidak sebanyak dan sesering saat ini.
“Sebenarnya warga tidak aneh kampung ini didatangi gerombolan Kera. Namun tidak sebanyak saat ini. Dulu paling banyak hanya ima ekor saja,” ucapnya.
Titi mengatakan, karena gerombolan Kera yang saat ini turun gunung dan menyatroni perkampungan jumlahnya nyampai ratusan.
Aktivitas warga mulai terganggu karena ketakutan.
BACA JUGA: Disnakan Ciamis Respon Cepat Tangani Kucing Mati Mendadak
“Gerombolan hewan itu seolah tidak takut dengan manusia ketika berpapasan dengan warga,” jelasnya.
Titi melanjutkan, ketidak takutan gerombolan Kera terhadap manusia bisa dilihat saat mengambil makanan di rumah warga Kera itu masuk dan mengambil makanan dari dalam rumah padahal ada orang di rumah tersebut.
“Monyet itu ketikan akan mengambil makanan di rumah warga melalui atap dengan membuka genting yang selanjutnya turun ke dalam rumah,”terangnya.
Sementara itu Kades Sukawening Hendi Hermawan membenarkan sejumlah wilayah yang ada di desa nya sering didatangi gerombolan Kera liar yang diduga turun dari habitat asli nya dari hutan kawasan Gunung Sawal.
“Iya memang pihak Desa sudah mendapat laporan terkait gerombolan Kera yang mendatangi perkampungan,”katanya.
Hendi menghimbau, kepada masyarakat saat berada di kebun untuk menghindari serangan dari gerombolan Kera tersebut jangan sendirian tetapi harus banyak orang.
“Upaya pengusiran yang dilakukan oleh warga ketika gerombolan Kera masuk masih secara tradisional,” ungkapnya.
(Husen Maharaja/Anthika Asmara)