BANJAR, FOKUSJabar.id: Pembangunan jembatan parungsari seakan acuh dan tak peduli terhadap dampak yang dialami masyarakat dan pegadang maupun pengusaha di kawasan Lingkungan Parungsari Kelurahan Karangpanimbal Purwaharja Kota Banjar, Jawa Barat.
Hal tersebut terlihat dari belum adanya kepastian kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada warga yang terdampak langsung dari pembangunan Jembatan Parungsari.
BACA JUGA: Mahasiswa KKN STIT Muhammadiyah Kota Banjar Bantu Kembangkan Potensi Desa
Salah satunya dampak yang sangat dirasakan yaitu penurunan omzet dari pedagang kaki lima yang biasa berjualan di kawasan Lingkungan Parungsari.
Menurut salah seorang pedagang, Itoh yang berjualan didekat pintu masuk area proyek mengaku sangat dirugikan atas pembangunan jembatan parungsari.
Alih-alih berharap mendapat kompensasi, namun itu hanya isapan jempol semata karena hingga saat ini tidak ada itikad baik dari perusahaan maupun pemerintah terhadap warga yang terdampak langsung dari pembangunan Jembatan Parungsari.
“Arep kumaha iyeu urang kedepan (mau gimana ini ku kedepan). Lila keneh lain sebulan dua bulan (masih lama, bukan cuma sebulan dua bulan). Meni teu iye pisan (kaya gak paham sekali),” katanya, Selasa (18/7/2023).
Itoh mengaku selama dimulai pembangunan jembatan parungsari ini pihaknya sudah mengurangi jumlah dagangannya. Tetapi justru malah tidak habis, bukannya untung malah rugi terus, malah justru jadi ngutang ke warung.
BACA JUGA:
LBM NU Segera Bahas Ekspor Pasir Laut
“Sepi ditambah deui (lagi) ditutup. Beki eweuhan (semakin gak ada). Seberapa poe teu beakan deui (berapa hari tidak habis lagi), lain (bukan) untung tapi nambahan (menambah) utang. Saeutik lamun beak mah lumayan aya bati saeutik (sedikit kalau habis lumayan ada untung sedikit). Iyeu mah saeutik teu beak, beki eweuhan (Ini sedikit tidak habis, semakin gak ada),” ujar Ibu Itoh.
Tak hanya itu, kompensasi yang dinantikan hingga kini tidak muncul. Bahkan rencana pemberian bantuan dari pihak perusahaan kepada warga yang terdampak langsung belum juga terealisasi.
“Demo teu didenge (demo tidak didengar). Aya (tidak ada) uang ganti rugi, eweuh (tidak ada) sampe sekarang. Sok (jadi) bingung mikir keun keharepna (mikirin kedepan). Tambah lagi sarakolah, buku, sepatu. Ayena ge geus lieur pisan (sekarang juga udah pusing sekali),” ucap Itoh mengungkapkan kondisinya saat ini.
Terpisah, tokoh masyarakat Lingkungan Parungsari Asep Halim mengatakan, pihaknya bersama warga yang terdampak langsung sudah kembali mendatangi Pemerintah Kota Banjar dalam hal ini Kelurahan Karangpanimbal.
Ini untuk menanyakan kelanjutan masalah kebijakan dari pihak PT Bukaka Teknik Utama Tbk dan Pemerintah Kota Banjar terhadap pelaku usaha yang terdampak langsung dari proyek pembangunan jembatan.
“Kami menginginkan duduk bersama antara pelaku usaha yang terdampak langsung dengan Bukaka dan Pemkot Banjar. Bukalah sedikit nuraninya,” kata Asep Halim.
Asep Halim menambahkan, pertemuan itu, pihak Kelurahan hanya akan fasilitasi saja untuk bisa bertemu. Ini juga akan disampaikan dengan pihak Pemrintah Kota ke Setda.
“Katanya mau di pertemukan dengan pihak bersangkutan, mudah-mudahan ada solusi,” pungkasnya.
(Budiana Martin/Anthika Asmara)