BANDUNG,FOKUSJabar.id: Komunitas pondok pesantren se-Cirebon Raya mendapat pelayanan prima dan dimanjakan tuan rumah saat melakukan kunjungan ke pusat perusahaan rokok terbesar di Kudus, PT Djarum, dalam kegiatan Cultural Visit. Program tersebut berlangsung selama 3 hari, Minggu-Selasa (4-6/6/2023).
Kedatangan komunitas pondok pesantren ke PT Djarum disambut penuh kehangatan. Bahkan, mereka yang berasal dari luar Kota Kretek dijemput langsung dengan menggunakan 3 bus istimewa.
Tiba di lokasi, mereka langsung disuguhi wisata religi hingga bisa merasakan main bulutangkis di GOR Bulutangkis Djarum. Semua unsur komunitas pondok pesantren yang terdiri dari pimpinan, pengasuh, ustadz maupun mubaligh serta para pemuka lembaga itu pun merasakan terpuaskan.
Tak hanya itu, dalam kegiatan Cultural Visit tersebut, mereka pun mendapatkan pengetahuan baru hingga pesan nilai-nilai dasar untuk kemajuan usaha atau bisnis. Mulai dari sejarah kretek yang memicu Kota Kudus dinobatkan sebagai Kota Kretek, hingga soal bagaimana Djarum sebagai perusahaan rokok kretek terbesar di Indonesia yang hingga kini semakin berkembang dan tetap melestarikan budaya Indonesia lewat kretek.
Perusahaan rokok yang dikomando orang nomor dua terkaya di Asia ini mengembangkan bisnis lain selain rokok kretek. Seperti bank (BCA), perdagangan elektronik (Blibli), agen perjalanan daring (tiket.com), elektronika (Polytron), perkebunan (HPI Argo), pusat perbelanjaan (Grand Indonesia dan Margo City), media komunikasi (Mola), makanan dan minuman (Savoria, dengan merek Yuzu, FOX’S, dan KRIZZI), susu (Global Dairi Alami, dengan merek MilkLife) dan kopi (Sumber Kopi Prima, dengan merek Delizio Caffino dan Kopi Tubruk Gadjah). Bahkan baru-baru ini, Djarum pun mengakusisi saham Como 1907, Ranch Market dan 5 Days Croissant.
Melalui Cultural Visit, komunitas pondok pesantren bisa langsung melihat proses produksi hingga hasil produknya di PT Djarum. Mereka mendapatkan pemahaman tentang produk rokok yang diproduksi.
“Melihat antusiasme para peserta Cultural Visit, saya sangat mengapresiasi dan merasa sangat bangga karena Djarum salah satunya bisa tetap erat menjaga silaturahmi dan sama-sama membesarkan Djarum di Indonesia. Tanggapan mereka sangat positif serta ada beberapa yang belum pernah ke Kudus dan mereka sangat merasa amazing karena bisa melihat langsung bagaimana kondisi PT Djarum,” kata Departemen Publik Affairs PT Djarum, Elyta Handyani.
Selain itu, kata Elyta, program Cultural Visit akan terus berlanjut dengan peserta dari daerah-daerah lainnya di Indonesia. Djarum bisa tetap eksis berdiri kokoh meski adanya terpaan ekonomi kurang baik seperti saat terjadi krisis moneter 1998 seta pandemi belum lama ini.
Djarum pun tidak pernah melakukan pemutusan hubungan kerja yang terkait efisiensi. Seperti yang dituturkan salah satu pekerja di pabrik rokok Djarum, Mastik (36).
“Saya sudah 20 tahun bekerja di bagian melinting rokok dengan jam kerja selama 7 jam per hari. Saya bekerja dari jam enam pagi sampai jam satu siang. Sehari saya bisa membuat 4 ribu batang,” kata Mastik.
Pesan paling menarik bagi para peserta Cultural Visit disampaikan sosok senior Djarum, Suharto yang dikenal sebagai Bapak Komunitas Indonesia. Di hadapan para pimpinan dan pengasuh pontren, Suharto menyampaikan pentingnya nilai-nilai kejujuran dan berpesan agar semua peserta Cultural Visit mampu menjunjung tinggi sikap jujur.
“Karena mereka itu dari kalangan ustadz, bukan santri lagi. Mereka itu pimpinan atau panutan. Kalau panutannya sudah bohong, maka santrinya kaya apa?. Ini saya sampaikan, karena prinsip itu yang selama ini saya lakukan hingga akhirnya perusahaan (tempatnya bekerja) memperpanjang masa kerja saya hingga usia 67 tahun,” kata Suharto.
Kunci keberhasilan dengan cara bersikap jujur, diakui Suharto mengadopsinya dari owner perusahaan tempatnya bekerja (Budi Hartono). “Owner tempat perusahaan saya kerja itu sangat menjunjung tinggi integritas, jujur. Saya sudah mengikutinya selama 17 tahun, sehingga jadi tercopy di hidup saya: Jadi Pengusaha, Kalau Tidak Jujur, Habis,” Suharto menegaskan.
BACA JUGA: Hubungan Antara Saham dan Valuta Asing: Implikasinya dalam Investasi
Sebelum mendapatkan pengetahuan baru dan pesan-pesan positif dari Djarum, para peserta Cultural Visit yang berasal dari komunitas pondok pesantren sempat menyambangi Masjid Demak dan Masjid Menara Kudus pada hari pertama, Minggu (4/6/2023). Kunjungan ke tempat-tempat bersejarah itu sekaligus menjadi ajang wisata religi bagi para peserta Cultural Visit.
Di hari kedua, Senin (5/6/2023), peserta mengunjungi pabrik produksi rokok hingga cerutu. Di sana para peserta juga diberi kesempatan mencoba melinting rokok bahkan ada lomba adu terbaik dan terbanyak membuat lintingan rokok.
Lalu mendapat kesempatan istimewa dengan mengunjugi Djarum Oasis Kretek Factory. Kemudian berkeliling melihat taman indah hingga rumah adat Kudus, Jogo Satru, hingga menikmati sajian tarian tradisional, Tari Kretek di pelataran gedung utama kantor pusat Djarum.
Usai mendapatkan pemaparan sejarah kretek dan perkembangan Djarum serta pesan dari Bapak Komunitas Indonesia, peserta diberi kesempatan mengunjungi GOR Bulutangkis Djarum. Semua peserta Cultural Visit dapat menyaksikan para alet muda bulutangkis binaan Djarum berlatih hingga berkesempatan bermain melawan para atlet bulutangkis binaan Djarum tersebut. Di malam hari, peserta Cultural Visit yang bertema ‘Selaraskan Rasa, Maju Bersama’ ini dihibur home band sekaligus bisa mengenal langsung para pimpinan perusahaan rokok tersebut.
Peserta program Cultural Visit ini mengakui manfaat dari kegiatan tersebut. Seperti yang diungkapkan Rega dari DSO Cirebon mewakili 77 orang peserta lainnya yang berasal dari Cirebon, Jatibarang, dan Kuningan.
“Sejalan dengan tujuan dari Cultural Visit, yakni mengapresiasi para gus atau kiai dan pengurus ponpes yang ada di wilayah Cirebon Raya yaitu Cirebon, Kuningan, Jatibarang, Purwakarta dan Subang. Banyak dari mereka yang mendapatkan pengetahuan baru yang positif,” kata Rega.
Salah seorang peserta Cultural Visit, Toto Waliyudin dari DSK Djarum Santri Kuningan yang juga pimpinan Yayasan Riyadlul Arifin Assurur di Kuningan pun berpendapat senada. Dia mengaku mendapatkan sambutan yang hangat serta pesan-pesan yang berharga dari kegiatan Cultural Visit ini.
“Luar biasa, kami mendapatkan layanan yang prima dan memuaskan. Ini menjadikan jalinan silaturahmi antar pesantren semakin erat, membuat semakin kuatnya persatuan,” kata Toto.
Demikian juga yang diungkapkan peserta Cultural Visit dari Pondok Pesantren Nurul Iman, Subang, Kholil. Bersama 36 orang lainnya dari Subang dan Purwakarta, mereka sangat bersyukur dengan adanya kegiatan tersebut.
“Cultural Visit ini menjadi keharusan bagi kita untuk bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih banyak kepada PT Djarum yang sudah memberikan kesempatan luar biasa, istimewa dengan mengundang kami serta memfasilitasi kami untuk mengenal lebih jauh bagaimana pabrik rokok yang ada di Kota Kudus ini,” kata Kholil.
Dari semua acara yang dijalaninya selama kegiatan tersebut, Kholil mengakui ada satu kesan terindah. Yakni, indahnya nilai silaturahmi dan indahnya kebersamaan.
“Ini merupakan sesuatu yang harus kita bina dan kita lestarikan. Jadi mengenal tentang hasil dari alam Indonesia. Komitmen kita dari para pimpinan di Pontren agar bisa menumbuhkembangkan apa yang didapat dari hasil Cultural Visit,” Kholil menegaskan.
(Ageng)