JAKARTA,FOKUSJabar.id: Pantau Gambut menyoroti program food estate Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mangkrak mengakibatkan gagal panen.
Salah satu sektor gagal panen yakni padi dan singkong di Desa Tawai Baru Kabupaten Gunung Mas, Desa Lamunti, Desa Talekung Punei dan Desa Mantangai Hulu di Kabupaten Kapuas, serta Desa Henda dan Desa Pilang di Kabupaten Pulang Pisau.
“Pengumpulan informasi di lapangan mendapati uji coba penanaman singkong gagal sama sekali lantaran tidak ada yang bisa dipanen,” kata Campaigner Pantau Gambut, Wahyu Perdana, di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Pantau Gambut bersama BBC dan Walhi Kalimantan Tengah menemukan singkong yang telah ditanam satu tahun di area food estate berukuran kecil dan berwarna kekuningan.
BACA JUGA: Anwar Usman kembali Terpilih Jadi Ketua MK Lewat Voting 3 Putaran
Selain itu, singkong juga berasa pahit, berbeda dari singkong pada umumnya. Menurut penelitian, rasa pahit pada singkong mengindikasikan kandungan sianida yang tinggi.
“Singkong dengan kandungan sianida tinggi memang tetap dapat dikonsumsi, namun memerlukan proses pengolahan yang lebih panjang,” kata Wahyu, melansir IDN.
Padahal singkong sejenis biasanya dikelola oleh masyarakat guna dimanfaatkan oleh industri olahan makanan sebagai tepung.
“Terdapat beberapa penjelasan terkait penyebab umbi singkong berwarna kuning. Salah satunya karena umbi singkong menyerap air dengan kandungan pirit pada lahan gambut,” ujar Wahyu.
Pantau Gambut juga merekomendasikan uji laboratorium untuk mencari tahu kandungan apa saja yang terdapat pada singkong yang ditanam pada lahan gambut area ex-PLG.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sudah dimandatkan Jokowi untuk fokus pada lumbung pangan singkong sejak 2020.
Proyek ini juga menjadi sorotan Komisi IV DPR RI hingga berencana membentuk panitia kerja (Panja) yang mengecek proyek food estate di Kalimantan, Sumatra, NTT, dan Papua.
Selain singkong, Pantau Gambut juga menyoroti hasil uji coba penanaman padi rekomendasi pemerintah yang tidak menghasilkan. Menurut masyarakat sekitar area penanaman tidak menghasilkan hasil panen sama sekali.
Diketahui sejak Juli-Agustus 202 eskavator didatangkan untuk menggarap area seluas 17 hektare untuk membuat batas pematang sawah. Namun setelah selesai digarap, tak ada kelanjutan kegiatan penanaman hingga Maret 2022.
“Di Desa Mantangai Hulu juga tak kalah mengejutkan, yaitu bekas cetak sawah baru yang dulu telah digarap telah dipenuhi semak belukar. Lahan semak belukar tersebut memang dulunya merupakan area gambut yang selama ini terlantar dan ditumbuhi belukar,” ujarnya.
(Agung)